Bisnis.com, JAKARTA – Lenovo, produsen PC terbesar di China, memperingatkan bahwa mereka akan menaikkan harga produknya jika tarif Amerika Serikat (AS) naik.
Peringatan Lenovo yang diumumkan di tengah ketidakpastian bisnis akibat perang dagang AS-China ini menjadi tanda keraguan prospek penjualan produk perusahaan yang didirikan pada 1984 tersebut.
Selain itu, peringatan ini juga memangkas prediksi hasil kuartal selanjutnya di mana selama ini penjualan PC yang kuat menyokong adanya dua kali lipat keuntungan bagi perusahaan.
Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia akan menunda menaikkan tarif hingga 10 persen untuk produk buatan China, termasuk tablet dan laptop hingga Desember. Namun, ia akan mengenakan tarif pada desktop sejak September.
“Harga eceran untuk produk-produk seperti PC dan ponsel pintar akan meningkat jika ada kenaikan tarif AS,” kata CEO Lenovo Yang Yuanqing, Kamis (15/8) seperti dikutip Reuters.
Lebih lanjut, ia mengatakan pengalihan manufaktur dari China untuk menghindari tarif AS juga akan menyebabkan kenaikan harga produk.
Pasar PC global tumbuh 1,5 persen pada kuartal II/2019 usai jatuh selama dua kuartal berturut-turut. Hal ini disebabkan oleh ancaman kenaikan tarif AS terhadap barang-barang China yang mendorong beberapa produsen melakukan pengiriman barang ke depan, ujar analis industri.
Lenovo jadi perusahana yang berhasil membalikkan keadaan di pasar PC global terbesar di kuartal kedua yang memiliki rekor pangsa pasar 25,1 persen.
Lenovo mengatakan, kuartal kedua menjadi pertumbuhan PC tercepat mereka dibandingkan dengan lima produsen teratas.
Produk anyar mereka juga membantu margin laba sebelum pajak naik menjadi 5,4 persen, margin tertinggi yang pernah dicapai dalam kuartal pertama fiskal.
Menurut data Refinitiv laba bersih perusahaan naik menjadi US$162 juta pada kuartal kedua, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata analis US$154 juta. Sementara itu, pendapatan naik menjadi US$12,51 miliar, sesuai harapan.