Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serbu Bandara Hong Kong, Demonstran Bagikan Selebaran kepada Pengunjung

Demonstran memadati aula kedatangan di bandara Hong Kong pada hari Jumat (9/8/2019) sembari membagikan selebaran berisi protes terhadap pemerintah dan mengibarkan spanduk dalam berbagai bahasa dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran di antara pengunjung bandara.
Suasana demo anti-ektradisi di Bandara Internasional Hong Kong pada Jumat 9 Agustus 2019, video koleksi CNA di Youtube
Suasana demo anti-ektradisi di Bandara Internasional Hong Kong pada Jumat 9 Agustus 2019, video koleksi CNA di Youtube

Bisnis.com, JAKARTA – Demonstran memadati aula kedatangan di bandara Hong Kong pada hari Jumat (9/8/2019) sembari membagikan selebaran berisi protes terhadap pemerintah dan mengibarkan spanduk dalam berbagai bahasa dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran di antara pengunjung bandara.

Ratusan demonstran, yang kebanyakan berusia muda dan mengenakan kaus hitam, membagikan selebaran bertuliskan "Para pelancong yang terhormat" di atas ilustrasi yang menggambarkan aksi protes berbulan-bulan yang terjadi di Hong Kong.

"Maafkan kami atas Hong Kong yang 'tidak terduga'," tulis selebaran berbahasa Inggris tersebut. "Anda telah tiba di kota yang hancur berantakan, bukan kota yang pernah Anda bayangkan. Namun kami berjuang untuk Hong Kong.”

Otoritas Bandara Hong Kong sendiri mengumumkan penutupan layanan penumpang masuk ke negara tersebut seiring dengan rencana demonstran menduduki bandara. Mereka menyatakan hanya akan mengizinkan penumpang yang berangkat dengan dokumen perjalanan untuk memasuki terminal bandara.

Pernyataan yang dirilis Jumat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan bagi turis yang ingin berpergian ke Hong Kong. 

Aksi demo yang semakin meluas dan keras juga menjadi salah satu tantangan populis paling buruk bagi pemimpin China Xi Jinping. Awalnya aksi demo ini dilakukan untuk menentang rancangan undang-undang ekstradisi, yang memungkinkan tersangka kriminal diekstradisi untuk diadili di pengadilan China.

Meskipun RUU tersebut telah ditangguhkan, aksi ini terus berlanjut dan tuntutan terus berkembang, termasuk tuntutan untuk demokrasi yang lebih besar, pengunduran diri kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam, dan bahkan  mencegah masuknya wisatawan dari China.

Demonstrasi di bandara ini terjadi ketika sejumlah pengembang properti besar di Hong Kong berbicara untuk pertama kalinya guna menuntut pulihnya keadaan setelah sejumlah perusahaan besar memperingatkan dalam beberapa hari terakhir bahwa kerusuhan telah mengurangi pendapatan mereka.

"Komunitas bisnis di Hong Kong telah menderita dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok kecil individu belakangan ini," ungkap pernyataan yang ditandatangani oleh 17 pengembang, termasuk Henderson Land Development, New World Development 0017.HK, dan Sun Hung Kai Properties, seperti dikutip Reuters.

"Tindakan semacam itu telah menyimpang dari maksud awal demonstrasi damai dan memberikan tekanan bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum secara keseluruhan," ungkap mereka.

Kami Bukan ‘Perusuh’

Tidak ada tanda-tanda kehadiran polisi di bandara pada Jumat sore.

"Ini akan menjadi aksi protes damai selama polisi tidak muncul," kata seorang pengunjuk rasa, Charlotte Lam (16 tahun), kepada Reuters.

"Kami telah membuat stiker, spanduk dalam lebih dari 16 bahasa, mulai dari Jepang hingga Spanyol. Kami ingin menyebarkan pesan kami secara internasional. Kami bukan pembuat onar, kami adalah sekelompok warga Hong Kong yang memperjuangkan hak asasi manusia dan kebebasan," katanya.

Hong Kong telah memanggil kembali pensiunan komandan polisi yang mengawasi respons terhadap demonstrasi pro-demokrasi pada tahun 2014 silam untuk membantu menangani aksi protes saat ini.

Menurut pernyataan pemerintah, mantan wakil komisaris polisi Alan Lau Yip-shing telah ditunjuk untuk membantu menangani ketertiban umum berskala besar dan mengarahkan operasi, termasuk kegiatan untuk menandai peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober.

Sejumlah pihak menganggap pemanggilan Lau ini merupakan suatu langkah yang menunjukkan pemerintah kurang percaya diri pada kapasitas kepemimpinan polisi saat ini dalam mengelola tanggapan terhadap protes.

"Saya tidak benar-benar tahu apa yang harus saya pikirkan terhadap aksi tentang protes di sana," kata Joyce dari Selandia Baru.

"Saat ini saya hanya berharap maskapai tidak akan menunda penerbangan. Tetapi pada saat yang sama, selama aksi protes tidak membuat terlalu banyak masalah, saya rasa tidak apa-apa," katanya.

Seorang pria Taiwan bernama Daloy (32 tahun) menyambut para demonstran meskipun penerbangannya dibatalkan.

"Saya pikir ini lebih penting, karena hari ini Hong Kong dan besok adalah Taiwan. Kami juga dalam situasi berbahaya,” ungkapnya.

Kamar Dagang China mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa mereka mendukung sikap Zhang Xiaoming, salah satu pejabat China paling senior yang mengawasi urusan Hong Kong.

Zhang mengatakan selama pertemuan di kota Shenzhen, China, pekan ini, Hong Kong menghadapi krisis terburuk sejak kembali ke pemerintahan China pada tahun 1997. Dia mengatakan pemerintah pusat harus campur tangan jika "kekacauan" terjadi di Hong Kong.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper