Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Filipina Tumbuh Lambat, Suku Bunga Bakal Turun Lebih Dalam

Ekonomi Filipina tumbuh pada laju paling lambat sepanjang kuartal kedua, dalam 4 tahun terakhir. Ekspektasi pasar terhadap langkah bank sentral untuk memangkas suku bunga pun memuncak dengan perkiraan setidaknya seperempat poin persentase.

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonomi Filipina tumbuh pada laju paling lambat sepanjang kuartal kedua, dalam 4 tahun terakhir. Ekspektasi pasar terhadap langkah bank sentral untuk memangkas suku bunga pun memuncak dengan perkiraan setidaknya seperempat poin persentase.

Produk domestik bruto Filipina tumbuh 5,5% secara tahunan pada kuartal kedua, jauh lebih rendah dari estimasi median survei Bloomberg pada kisaran 5,9%. Realisasi ini juga lebih rendah dari pertumbuhan 5,6% pada kuartal sebelumnya.

"Benar adanya bahwa angka PDB menambah beban bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga," ujar ekonom senior untuk kawasan Asean di UBS Group Singapore, Edward Teather, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (8/8/2019).

Dia juga memperkirakan bahwa akan ada pelonggaran kebijakan hingga mencapai 75 poin persentase sepanjang tahun ini. Namun, masih menjadi pertanyaan kapan bank sentral akan mengeksekusi pemangkasan sebesar 50 poin karena data ekonomi terkini telah memberikan sinyal untuk pelonggaran lebih lanjut.

Indeks acuan PSEi memangkas kenaikan setelah data PDB dipublikasi dan tidak mengalami perubahan yang signifikan sampai dengan pukul 10:46 waktu Manila. Sementara itu, peso tercatat menguat sebesar 0,3% terhadap dolar AS.

Dalam laporan pertumbuhan, Perencanaan Ekonomi Ernesto Pernia mengutip pola cuaca El Nino, perang dagang AS-China dan penundaan anggaran nasional adalah tantangan bagi perekonomian.

"Pemerintah mungkin harus meninjau kembali target ekonominya agar lebih realistis untuk tahun ini," ujar Pernia.

Bahkan ketika dia mengatakan pertumbuhan PDB masih bisa mencapai 6%-6,5% untuk setahun penuh.

Angka pertumbuhan kuartal kedua dapat mempengaruhi keputusan bank sentral pada kemudian hari.

Hampir semua dari 26 ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan penurunan 25 basis poin ke tingkat benchmark karena inflasi yang lemah memberikan ruang bagi pembuat kebijakan untuk mendukung perekonomian.

Chidu Narayanan, seorang ekonom di Standard Chartered Plc di Singapura, menyebut realisasi kuartal kedua sangat rendah.

Narayanan mengharapkan pemotongan seperempat poin dari bank sentral Kamis (8/8/2019) sore.

Namun, mengingat kerugian besar dalam PDB kuartal kedua, dikombinasikan dengan pembunuhan mendadak dovish baru-baru ini, tidak bisa mengesampingkan langkah pelonggaran suku bunga yang lebih besar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper