Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Percepat Finalisasi Tarif Impor Baru untuk China

Pemerintahan Trump mempercepat proses finalisasi daftar impor China senilai US$300 miliar yang rencananya menjadi target tarif baru dalam beberapa pekan ke depan, langkah ini di ambil setelah perusahaan AS memohon agar terhindar dari kebijakan tarif terbaru.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintahan Trump mempercepat proses finalisasi daftar impor China senilai US$300 miliar yang rencananya menjadi target tarif baru dalam beberapa pekan ke depan, langkah ini di ambil setelah perusahaan AS memohon agar terhindar dari kebijakan tarif terbaru.

Pengumuman Presiden AS Donald Trump pekan lalu tentang penambahan tarif 10% yang akan berlaku pada 1 September untuk hampir setiap impor China yang hingga saat ini masih bebas bea membuat Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkejut.

Menurut beberapa sumber, Lighthizer dan stafnya sekarang berada di bawah tekanan untuk merivisi daftar awal yang sudah mencakup lebih dari 3.800 produk China yang menjadi subjek tarif, berdasarkan komentar publik dan audiensi.

Perwakilan Dagang AS (USTR) berencana untuk merilis daftar final pada pekan ini atau awal pekan depan. Sementara itu, perusahaan-perusahaan AS tengah mengupayakan strategi terakhir untuk meyakinkan pemerintahan Trump agar tidak mengenakan bea atau mencantumkan barang yang mereka impor ke daftar subjek tarif.

Sebelum Trump mengumumkan manuver tarifnya yang baru, Lighthizer menentang ide ini.

"Sebaliknya, dia justru mendesak agar Washington dapat bersabar untuk memberikan lebih banyak waktu setelah penetapan kenaikan tarif menjadi 25% pada Juni lalu," ujar beberapa sumber, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (8/8/2019).

Seorang juru bicara USTR membantah testimoni itu dan mengatakan bahwa mereka mengikuti proses hukum yang sama seperti pada putaran tarif sebelumnya.

"Trump memutuskan kapan tarif akan mulai berlaku dan USTR akan menerbitkan daftar akhir sebelum tanggal efektif," kata juru bicara itu.

Namun, perusahaan AS mengeluh tentang kurangnya kepastian untuk keputusan bisnis mereka dan mengatakan pemberitahuan beberapa pekan sebelumnya tidak cukup untuk melakukan adaptasi.

"Perusahaan tidak merencanakan bisnis berdasarkan sebuah tweet. Ini semua kontrak yang sudah dieksekusi dan kargo sudah berlayar," " kata Jon Gold, dari National Retail Federation.

Gold menambahkan, setelah Trump dan mitranya Xi Jinping sepakat untuk melakukan gencatan tarif pada akhir Juni, bisnis AS tidak memperkirakan adanya eskalasi ketegangan dagang dalam waktu dekat dan yakin bahwa ada cukup waktu untuk merencanakan bisnis ke depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper