Bisnis.com, JAKARTA—Penasihat Keamaman Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton mengatakan Washington akan menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan internasional yang melakukan bisnis dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebagai bentuk peningkatan tekanan AS terhadap pemimpin sayap kiri tersebut.
Bolton, yang berpidato pada KTT tentang Venezuela di Lima—Ibu Kota Peru, menekankan bahwa tindakan internasional yang lebih keras diperlukan untuk mempercepat transisi kekuasaan di negara itu. Sejauh ini lebih dari empat juta rakyat Venezuela melarikan diri dari negaranya akibat kehancuran ekonomi.
"Kami mengirimkan sinyal kepada pihak ketiga yang ingin melakukan bisnis dengan rezim Maduro: lanjutkan dengan sangat hati-hati," kata Bolton, seperti dikutip Reuters, Rabu (7/8/2019).
Pernyataan Bolton keluar sehari setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang membekukan aset pemerintah Venezuela dan melarang transaksi apa pun dengan pemerintah tersebut. Langkah itu akan mempersulit hubungan Venezuela dengan Rusia dan China serta dengan perusahaan-perusahaan Barat.
Bolton, salah satu pejabat pemerintahan Trump yang paling berpengaruh di Venezuela, mengatakan kepada para wartawan bahwa langkah itu akan memaksa perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk memilih. Pilihannya adalah akan mengambil risiko tidak dapat mengakses Amerika Serikat dan sistem keuangannya kalau memilih berbisnis dengan Maduro.
Ketika ditanya seorang wartawan bagaimana Venezuela akan menanggapi perintah eksekutif, Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza mengatakan: "Saya akan mengabaikan Donald Trump ... Semua opsi ada di atas meja."
Sedangkan Duta Besar AS untuk Venezuela, Samuel Moncada meminta Sekjen PBB Antonio Guterres dan Dewan Keamanan pada hari Selasa untuk campur tangan.
"Ini adalah tindakan perang oleh Amerika Serikat," kata.
Venezuela bukan ancaman bagi siapa pun dan Amerika Serikat melakukan agresi ini hanya untuk mengambil minyak, katanya.