Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Manufaktur Menyebar dari Asia Hingga Eropa

Aktivitas pabrik di Asia kembali terkontraksi pada Juli, memicu kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China dan lesunya ekonomi China dapat menyeret dunia ke dalam resesi. Sebuah kondisi yang harus dihadapi bank sentral dengan keterbatasan amunisi.

Bisnis.com, JAKARTA -- Aktivitas pabrik di Asia kembali terkontraksi pada Juli, memicu kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China dan lesunya ekonomi China dapat menyeret dunia ke dalam resesi. Sebuah kondisi yang harus dihadapi bank sentral dengan keterbatasan amunisi.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) menunjukkan kontraksi pada kegiatan manufaktur China selama 2 bulan berturut-turut, sedangkan ekonomi yang didorong oleh kegiatan ekspor seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan masih tercekik hambatan perang dagang.

Dilansir melalui Reuters, di antara ekonomi pasar berkembang di Asia Tenggara, Indonesia mencatatkan kontraksi, tetapi negara lain berhasil memanfaatkan momentum pengalihan arus dagang jauh dari China.

Lemahnya kegiatan manufaktur juga terjadi di Eropa, sedangkan pabrik-pabrik AS diperkirakan mampu mempertahankan laju ekspansi yang stagnan.

Manufaktur di zona euro menyusut untuk bulan keenam pada awal kuartal ketiga, terseret oleh kemerosotan terburuk Jerman dalam 7 tahun terakhir.

Angka-angka yang pesimistis dirilis setelah sejumlah laporan menunjukkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Prancis, Spanyol, dan kawasan euro, sedangkan pertumbuhan di Italia tertahan.

"Indeks Pembelian Manajer manufaktur zona euro turun menjadi 46,5 pada Juli dari 47,6 pada Juni," tulis laporan IHS Markit", seperti dikutip oleh Bisnis.com, Kamis (1/8/2019).

Potongan suku bunga acuan The Fed pada Rabu (31/7/2019), waktu Washington, sebesar seperempat poin menjadi 2%-2,25%.

Meski demikian, Gubernur Jerome Powell mengatakan langkah ini bukan merupakan awal dari kampanye pelonggaran kebijakan moneter jangka panjang.

Namun, dia mengakui, hal ini tidak menutup kemungkinan akan ada pemangkasan suku bunga berikutnya pada masa depan.

Di bagian negara yang lain, Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Eropa telah menyatakan kesediaan mereka untuk melonggarkan kebijakan moneter dalam beberapa pekan terakhir, meskipun keduanya tidak memiliki cukup ruang seperti The Fed.

Ahli Strategi kawasan Asia di ANZ, Irene Cheung, mengatakan bahwa data ekonomi yang dikeluarkan dalam beberapa waktu terakhir terlihat buruk.

"Kondisinya sudah stabil walaupun sedikit, tetapi belum akan pulih, ketegangan dagang masih sangat nyata. Kami tidak mengantisipasi adanya berita baik dari angka pertumbuhan. Kemungkinan masih ada pemangkasan suku bunga di regional ini," kata Cheung.

Di China, pusat ekonomi Asia, PMI Manufaktur Caixin/Markit untuk Juli naik menjadi 49,9 dari 49,4 pada Juni, tetap di bawah batas netral, yakni pada ambang 50, yang memisahkan faktor ekspansi dari kontraksi setiap bulan.

Pembacaan data IHS Markit sebagian besar in-line dengan data pemerintah yang menunjukkan output pabrik mengalami penurunan sepanjang Juli.

Sejumlah analis mengatakan bahwa beberapa angka tersebut mencerminkan dampak dari stimulus otoritas China, tetapi prospek manufaktur masih menjadi sumber kekhawatiran di tengah pertikaian perdagangan dengan AS yang diperkirakan tidak akan selesai dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper