Bisnis.com, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan situasi pascaerupsi Gunung Tangkuban Parahu pada Jumat sore (26/7/2018) kondusif.
Pengelola kawasan wisata telah menutup wilayah wisata gunung yang berada di wilayah administrasi Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan wilayah yang terdampak sekitar radius 500 meter dari kawah.
Hingga Jumat pukul 22.00 WIB, tidak ada informasi mengenai korban jiwa maupun luka-luka serius pascainsiden. Namun, sejumlah 15 wisatawan terdampak sesak nafas dan dievakuasi menuju Sespim Polri, Lembang.
Adapun aparat pemerintah telah mengevakuasi pendaki dan pengunjung yang berada di kawasan wisata gunung tersebut.
Agus Wibowo, Plh. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, mengatakan siapa pun tidak diperbolehkan untuk menginap di dalam kawasan kawah aktif.
Untuk mengantisipasi risiko yang lebih buruk, BPBD setempat mengimbau siapa pun untuk memasuki radius 2 km dari kawah gunung, sedangkan lokasi permukiman berjarak kurang lebih 7 km dari kawah.
"Saat ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat telah berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Jawa Barat, BPBD Kabupaten Subang, dan PVMBG. BPBD provinsi menurunkan tim kaji cepat ke lapangan," jelas Agus melalui siaran persnya pada Jumat (26/7/2019).
BNPB juga mengimbau masyarakat di sekitar gunung untuk tetap tenang, tidak panik, dan tidak terpancing oleh isu-isu yang tidak benar. Informasi dapat diakses dari media sosial atau pun website resmi pemerintah, seperti PVMBG, BNPB maupun BPBD, serta memonitor peringatan maupun informasi dari pemerintah daerah atau BPBD setempat.
Letusan Gunung Tangkuban Parahu bersifat freatik, yaitu berupa semburan lumpur dingin warna hitam dari Kawah Ratu.
PVMBG melansir bahwa sebelumnya pada Oktober 2013 landaan erupsi terjadi hanya di dalam lubang kawah.
Di sisi lain, pada 2017, 2018, 2019 pada Juni hingga Juli terpantau gempa uap air atau asap yang diduga dikarenakan berkurangnya air tanah akibat perubahan musim. Kondisi ini mengakibatkan air tanah yang ada mudah terpanaskan dan sifatnya erupsi pendek.
PVMBG telah menyampaikan peringatan kepada pengelola kawasan sejak 10 hari lalu terkait dengan kondisi yang mungkin terjadi. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan apabila terjadi erupsi, seperti pada Oktober 2013 dan diikuti peringatan kemungkinan erupsi yang terjadi secara tiba-tiba.
Analisis PVMBG menyebutkan bahwa radius aman erupsi, seperti halnya freaktik pada Oktober 2013, adalah tidak mendekati kawah atau kurang dari 500 meter (radius bibir kawah 400 meter).
Sehubungan dengan fenomena terkini, PVMBG menginformasikan erupsi susulan dapat saja terjadi dengan potensi landaan masih di sekitar dasar kawah. Namun, tetap dasar utama yang menentukan adalah data yang terekam saat ini. Saat ini tingkat ancaman masih di dalam kawah sehingga belum perlu kenaikan status, kecuali ke depan ada potensi radius landaan yang membesar.
Hingga kini, PVMBG masih menetapkan status Gunung Tangkuban Parahu berada pada Level I (Normal) dengan rekomendasi sebagai berikut:
Pertama, masyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan turun mendekati dasar kawah Ratu dan Kawah Upas dan tidak boleh menginap dalam kawasan kawah-kawah aktif yang ada di dalam kompleks Tangkuban Parahu, serta ketika cuaca mendung dan hujan dikarenakan terdapatnya gas-gas vulkanik yang dapat membahayakan kehidupan manusia.
Kedua, msyarakat di sekitar Gunung Tangkuban Parahu, pedagang, wisatawan, pendaki, dan pengelola wisata Gunung Tangkuban Parahu agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.