Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya seruan untuk memboikot produk Jepang di Korea Selatan tak hanya terbatas pada produk-produk atau jasa. Seruan ini merambah hingga ke dunia hiburan, khususnya K-Pop.
Setelah berita menyebar bahwa Jepang mempertimbangkan untuk menerapkan kontrol ekspor yang lebih ketat pada produk-produk yang terkait dengan Korea Selatan, banyak warga Korsel mulai memboikot barang-barang asal Jepang. Selain itu, mereka meminta agar anggota grup girlband K-Pop yang berasal dari Jepang menarik diri dan kembali ke negara mereka.
Seperti dilansir Koreaboo, target terbesar warganet dalam boikot ini adalah anggota girl band Twice, Sana, Momo, dan Mina. Selain itu, anggota IZ*ONE Miyawaki Sakura, Honda Hitomi, dan Yabuki Nako yang juga berasal dari Jepang tak luput dari seruan boikot ini.
Banyak netizen menyatakan bahwa mereka harus kembali ke Jepang dan tidak boleh dibayar sebagai pekerja di Korea Selatan. Banyak juga yang mengatakan bahwa budaya Jepang juga harus diboikot.
Seruah boikot ini meningkat setelah sejumlah pengguna media sosial Korea memposting pesan "Boikot Jepang" dan membagikan tautan ke daftar merek Jepang yang menjadi target, termasuk Toyota Motor dan Uniqlo Fast Retailing.
Gerakan boikot Jepang adalah salah satu kata kunci yang paling dicari pada mesin pencari online utama Korea Selatan, Naver.
"Boikot adalah cara paling cepat bagi warga untuk mengekspresikan kemarahan mereka," kata Choi Gae-yeon dari kelompok aktivis Gerakan untuk Satu Korea, seperti dikutip Reuters.
"Banyak orang marah pada sikap pemerintah Jepang," katanya.
Aksi ini merupakan tanggapan terhadap pembatasan atas ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi ke Korea Selatan. Jepang mengatakan pada hari Senin (1/7) bahwa pihaknya akan memperketat pembatasan ekspor bahan-bahan teknologi tinggi yang digunakan dalam layar display dan chip smartphone ke Korea Selatan.
Aksi ini juga disuarakan di tengah perselisihan tentang tenaga kerja paksa di masa perang. Ini menjadi titik ketegangan terbaru dalam hubungan yang lama dibayangi oleh kebencian Korea Selatan atas pendudukan Jepang tahun 1910-1945 di semenanjung Korea.