Bisnis.com, MALANG – Eksodus massal ke kampung halaman menjelang Idulfitri atau mudik merupakan tradisi unik yang hanya dimiliki Indonesia. Walaupun dilakukan menjelang hari raya umat muslim, seluruh masyarakat dari berbagai agama mengikuti tradisi tersebut.
Mudik tidak hanya bertujuan mengeratkan hubungan di dalam keluarga, melainkan juga dapat menempa pemahaman seseorang mengenai agama. Maka dari itu, berkunjung ke tempat ibadah berbagai agama dapat meningkatkan kekhidmatan tradisi tersebut.
Dalam perjalanan melewati Kota Malang, Tim Jelajah Lebaran singgah di Klenteng Eng An Kiong, Kota Malang. Klenteng tersebut dapat dikunjungi dengan berjalan kaki sekitar 10--15 menit dari alun-alun Kota Malang atau tepatnya beralamat di Jalan R.E. Martadinata 1.
Sebelum memasuki klenteng seluas 5 ha tersebut, pengunjung disambut oleh gapura besar dengan ukiran oriental. Suasana klenteng saat itu khidmat dan damai. Beberapa orang berdatangan menggunakan mobil, sedangkan satu-dua orang terlihat beribadah di Altar utama maupundi belasan ruang ibadah dan puluhan patung dewa-dewa (Kiem Siem) lainnya.
Klenteng Eng An Kiong mulanya diperkirakan dibangun pada 1825. Adaoun, bangunan di sekitar bangunan utama ditambahkan pada 1895 dan 1934.
Berdasarkan catatan Bisnis, En An Kiong memiliki arti "Istana Keselamatan dalam Keabadian Tuhan". Adapun, kelenteng tersebut merupakan tempat ibadah bagi penganut agama Khonghucu, Tao, dan Buddha.
Aroma dupa mengerubungi seluruh bagian dalam kelenteng. Tim Jelajah Lebaran memantau klenteng pun menawarkan peralatan ibadah lainnya seperti dupa, kertas uang bakar, dan lainnya.
Selain menjadi temoat ibadah, Klenteng Eng An Kiong juga menjadi pusat kebudayaan China. Hak tersebut ditunjukkan dengan pertunjukan barongsai dan wayang potehi yang digelar pada beberapa kesempatan tiap tahunnya.
Tim Jelajah Jawa-Bali 2019 (Yustinus Andri, Muhammad Ridwan, Andi M. Arief, Maria Elena, Reni Lestari)