Belajar Empati dan Keramahan dari Masyarakat Bosnia-Herzegovina
Menurut Anda, pelajaran apa yang bisa diambil dari Bosnia & Herzegovina?
Pertama, sejarah perang etnis dan agama yang terjadi di sini 1992--1995 melukai hati juga fisik sebagian besar penduduk. Rasa sakit dan trauma yang dialami sama dengan Indonesia. Kedua, pendidikan menjadi hal yang sangat pokok. Semua orang sejak kecil sudah merasa sangat penting untuk bersekolah. Ketiga, masalah gizi dan pendidikan kemandirian anak sejak dilahirkan, anak-anak Bosnia usia balita sudah terlihat sangat sehat, pandai dan mandiri.
Pelajaran lain yang bisa dipetik mengenai keramahan orang Bosnia & Herzegovina. Perang yang mereka rasakan membuat negara itu lebih berempati kepada imigran. Menurut mereka, arti perang yang dirasakan pedih penuh penderitaan juga pernah mereka alami saat Perang Bosnia 1992--1995. Di Bosnia sampai harus menampung dalam musim panas 2018-2019 sebanyak 13.000 pengungsi dari wilayah perang dari Irak, Siria dan Iran, yang ingin pergi ke Eropa Barat. Namun, masyarakat Bosnia tetap mengirim selimut, pakaian, makanan untuk para pengungsi tersebut.
Apakah menjadi Dubes merupakan cita-cita Anda sejak kecil?
Tidak terlintas dalam benak saya, tetapi pengalaman saya di dunia internasional sudah lama. Saya pernah bekerja di perusahaan pengacara di Inggris. Kemudian, saya juga pernah bekerja di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York. Sebelum terjun ke partai politik, saya sempat juga berkarier panjang di UNDP dan pernah tinggal di desa + 21 tahun menjadi petani sungguhan. Akhirnya, saya memutuskan bergabung bersama Partai Hanura dan kini ditunjuk Bapak Presiden Jokowi sebagai Dubes di Bosnia & Herzegovina.