Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2 Tanker Arab Saudi Jadi Sasaran Penyerangan di Perairan UEA

Dua tanker Arab Saudi turut menjadi sasaran serangan di perairan Uni Emirat Arab, Minggu (12/5/2019).
Sebuah kapal tanker berbendera asing memuat minyak kelapa sawit (crude palm oil) di pelabuhan PT Pelindo I Dumai di kota Dumai, Riau, Kamis (31/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid
Sebuah kapal tanker berbendera asing memuat minyak kelapa sawit (crude palm oil) di pelabuhan PT Pelindo I Dumai di kota Dumai, Riau, Kamis (31/1/2019)./ANTARA-Aswaddy Hamid

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Arab Saudi menyatakan dua kapal tankernya menjadi sasaran sabotase di perairan Uni Emirat Arab, Minggu (12/5/2019).
 
Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan salah satu kapal tersebut sedang menuju Pelabuhan Ras Tanura untuk diisi dengan minyak mentah, untuk kemudian dikirim ke pelanggan Aramco di AS. Dia menyatakan serangan tersebut bertujuan untuk mengancam kebebasan maritim dan keamanan pasokan minyak dunia.
 
"Komunitas internasional punya tanggung jawab bersama untuk melindungi keamanan navigasi maritim dan tanker minyak, untuk memitigasi kemungkinan terjadinya insiden serupa di pasar energi dunia dan bahayanya terhadap ekonomi global," papar al-Falih seperti dilansir Reuters, Senin (13/5).
 
Sebelumnya, Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan ada empat kapal niaga yang diserang di dekat Fujairah. Daerah itu merupakan salah satu hub besar dunia, yang terletak dekat Selat Hormuz.
 
Namun, tidak dijelaskan detail serangan yang terjadi atau siapa dalangnya. Pemerintah UEA hanya menyampaikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu dan operasional pelabuhan di Fujairah tetap berjalan normal.
 
Selat Hormuz adalah rute penting bagi pengiriman minyak dan gas dunia. Selat ini memisahkan negara-negara Teluk dengan Iran
 
Awal bulan ini, Administrasi Maritim AS mengeluarkan peringatan bahwa kapal-kapal niaga AS termasuk tanker minyak yang berlayar melalui Timur Tengah bisa menjadi target Iran. Negara tersebut memang tengah bersitegang dengan AS setelah Presiden AS Donald Trump keluar dari perjanjian nuklir damai yang diteken sejumlah negara, termasuk Iran, pada 2018.
 
Adapun Iran menyebut serangan tersebut sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran meminta segera dilakukan investigasi atas kejadian itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper