Bisnis.com, JAKARTA – HSBC Holdings PLC mencatatkan lonjakan laba sebesar 31 persen pada kuartal I/2019, didukung oleh peningkatan pendapatan dari bisnis inti di Asia dan penurunan biaya.
Upaya menekan biaya telah menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Chief Executive HSBC John Flint. Tahun lalu, HSBC tidak mampu memenuhi target, yang mengindikasikan bank tersebut tidak mampu menahan pertumbuhan biaya tetap lebih rendah dari pendapatan.
Bank terbesar di Eropa berdasarkan aset ini mengatakan biaya operasional turun 12 persen pada kuartal pertama 2019, ditopang oleh penjualan bisnis ritel dan komersial serta tidak terulangnya denda regulasi AS karena kesalahan masa lalu.
Laba sebelum pajak HSBC naik menjadi US$6,21 miliar dari US$4,76 miliar pada kuartal yang sama tahun lalu, di atas rata-rata perkiraan analis yang disusun oleh bank.
Kinerja bank yang berkantor pusat di London ini, yang menghasilkan sebagian besar keuntungannya di Asia, menunjukkan adanya manfaat dari jangkauan global dan campuran bisnisnya, di saat bank Eropa lainnya menyusut.
Meskipun bisnis HSBC di AS terus memberikan tekanan terhadap kinerja yang lebih besar dibandingkan dengan bank lainnya, pendapatan HSBC tumbuh 7 persen di Asia. Adapun pendapatan di divisi perbankan ritel dan komersial meningkat sekitar 10 persen.
Baca Juga
"HSBC telah menjadi salah satu dari sedikit bank yang melaporkan pendapatan kuartal pertama yang menunjukkan campuran pendapatan yang menguntungkan," kata analis Joseph Dickerson dari Jefferies, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (3/5/2019).
Saham HSBC naik 2,5 persen di bursa saham London, lebih tinggi daripada kenaikan 0,5 persen dalam sektor perbankan di indeks Stoxx Europe.