Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengajak para duta besar/wakil tetap untuk negara Asean berkunjung ke Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).
“Kita ajak sekjen dan para dubes negara Asean melihat kapasitas dan kemampuan Indonesia, khususnya BMKG dalam pemantauan dan pengendalian asap dan kebakaran hutan. Selain itu, BMKG sangat tinggi dalam hal peramalan meteoroligi, klimatologi, dan geofisika. Ini hendaknya menjadi pertimbangan dalam menentukan penempatan Asean Coordination Centre for Transboundary Polution Control,” ujar Siti dalam keterangan pers.
Siti mendapat informasi bahwa BMKG ini termasuk lembaga meteorologi dan geofisika yang terbaik di dunia. “Jadi, saya pamerin lah ceritanya ke Sekjen Asean dan perwakilan negara tetap lain. Ini juga penting untuk memberikan gambaran kepada negara subregional Asean untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, bahwa Indonesia itu advance dalam pengetahuan teknologi,” lanjut Siti.
Menurut Siti , diskusi dalam Pusat Pengendalian Asap Lintas Batas Asean sejatinya berjalan dengan lancar tapi pembahasan soal ahli cuaca yang berperan dalam ACCTHPC belum menemui titik temu.
“Diskusinya cukup alot soal siapa expert penopang analisis teknis, Singapura minta dari pihak mereka,” kata dia.
Indonesia memiliki sarana prasarana dan sumber daya manusia yang cukup untuk menjalankan ACCTHPC. “Saya tahu persis BMKG ini termasuk yang terbaik juga, jadi saya pamerin ke Sekjen Asean,” tambah dia.
Terkait dengan pengendalian asap, dia mengemukakan Indonesia juga memiliki Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang turut mencegah dan memitigasi bencana alam dan sangat berpengalaman.
Itu belum termasuk lembaga dan badan lain yang turut serta dalam mitigasi baik sebelum dan sesudah bencana terjadi.
Dalam kunjungan ke Kantor BMKG ini, Siti dan para dubes negara Asean juga mencoba simulator gempa yg disetel 7,8 skala Richter (seperti halnya kejadian d Lombok) dan kemudian 8,5 skala Richter (kejadian di Aceh).
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikora Karnawati menjelaskan bahwa BMKG telah lebih 100 tahun menyediakan layanan pengamatan meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Saat ini telah mencakup kawasan Asia Tenggara. Informasi mencakup perhubungan udara, kelautan, publik, kebakaran hutan, dan siklon tropis.
“BMKG mengapresiasi kepercayaan dan kerja sama yang telah terjalin antara BMKG dan KLHK selama bertahun-tahun,” kata Dwikorita.
Dia mencontohkan hasil observasi BMKG menunjukkan bahwa tingkat hotspot di Indonesia turun tajam dari 50.995 titik api pada 2015 menjadi 1.781 titik api pada 2017.
BMKG menekankan bahwa ketika diperoleh informasi adanya potensi kebakaran berdampak asap ke negara lain, maka dilakukan kerja sama secara internasional dengan banyak pihak, antara lain WMO, UNESCAP, UNODR, UNOCC, IOC UNESCO, ICAO, ICG/IOTWMS, SCMG ASEAN, NMHS's.
Pemangku kepentingan (stakeholder) dalam negeri a.l. masyarakat, BNPB, KLHK, BPPT, LAPAN, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian ESDM, Airnav, maskapai, Pelni, ASDP, dan Pemda.
Para dubes Asean mendengar secara langsung bahwa dalam waktu 20 menit di dalam pusat pemantauan, Indonesia Tsunami Early Warning System mengumumkan ada tiga kali kejadian gempa di Indonesia.