Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Panglima GAM Tak Terima Mahfud MD Sebut Aceh Garis Keras

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyebut Prabowo-Sandi menang di daerah garis keras, termasuk Aceh. Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka, Muzakkir Manaf tidak terima.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD memberikan pandangannya pada Bincang Millenial bersama Mahfud MD, di Jakarta, Senin (15/4/2019)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD memberikan pandangannya pada Bincang Millenial bersama Mahfud MD, di Jakarta, Senin (15/4/2019)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyebut Prabowo-Sandi menang di daerah garis keras, termasuk Aceh. Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka, Muzakkir Manaf tidak terima.

Muzakir yang juga Ketua Badan Pemenangan Daerah Prabowo-Sandi Provinsi Aceh mengakui bahwa Kota Serambi Mekah adalah garis keras. Itu dalam hal menentang penjajah Indonesia, penista agama, dan orang-orang culas dalam merusak demokrasi apalagi terhadap komunisme.

“Pernyataan Mahfud MD ini berpotensi menebar kebencian dan pecah belah antar daerah dan rakyat Indonesia,” katanya melalui pesan instan kepada wartawan, Senin (29/4/2019).

Muzakir mengatakan bahwa masyarakat Aceh telah berkomitmen merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui berbagai proses panjang.

“Dengan pernyataan Mahfud MD seperti itu sangat menyakitkan rakyat Aceh karena dilabelkan sebagai kelompok Islam Garis keras. Dan terang Mahfud menebar kebencian yang berlebihan,” jelasnya.

Kemenangan Prabowo-Sandi di Aceh bagi Muzakir adalah pilihan tepat. Mereka meyakini pasangan nomor urut 02 ini mampu membawa Indonesia melindungi aqidah dan agama.

“Jadi, kami meminta saudara Mahfud MD untuk segera meminta maaf secara tertulis di media cetak nasionsal selama seminggu berturut-turut kepada rakyat Aceh terkait statement yang memecah belah tersebut,” ucapnya.

Sementara itu Mahfud melalui akun Twitter mengonfirmasi bahwa garis keras adalah hal lumrah dalam dunia politik. Kata tersebut bisa diartikan sebagai kesetiaan dan fanatik. Oleh karena itu menurutnya tidak ada yang salah dengan pernyataannya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper