Bisnis.com, JAKARTA – Calon wakil presiden Sandiaga Uno sudah kembali beraktivitas normal setelah sebelumnya kelelahan. Sejak pemungutan suara usai, dia menghilang. Bahkan, saat pasangannya, calon presiden Prabowo Subianto mengumumkan kemenangan versi hitung cepat internal dan ditandai dengan sujud sukur, tak tampak batang hidung Sandi.
Orang-orang terdekat mulai dari partai pengusung hingga tim yang selalu menempel Sandi menyebutnya sedang sakit. Dia cegukan tanpa henti. Empat hari Sandi tidak memiliki kegiatan. Pekan ini dia mulai menyapa para relawan lagi.
Jika sebelumnya dia mendengar aspirasi keluhan tentang negara, kini Sandi lebih memantau proses penghitungan suara di setiap tempat pemungutan suara (TPS) yang tercatat dalam formulir C1. Mereka disemangati untuk terus mengawal C1 di seluruh Indonesia.
Tim Prabowo-Sandi memang tidak percaya dengan hasil hitung cepat sejak menampilkan persentase perolehan. Mereka mengklaim hasilnya berbeda dengan yang tim internal dapatkan. Prabowo mengklaim mendapat suara 62 persen lebih.
Keyakinan mereka semakin jadi saat kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) salah memasukkan hasil C1 ke dalam situs Komisi Pemilihan Umum (KPU). Belum lagi surat suara yang tercoblos dan masalah daftar pemilih tetap membuat Prabowo-Sandi mengerahkan relawan mendapatkan kepercayaan sendiri.
Mereka ditugaskan untuk menghitung dan mengawasi perolehan C1. Setelah itu hasilnya diperbandingkan dengan milik KPU.
Baca Juga
Di acara syukuran dan konsolidasi relawan di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta, Rabu (24/4/2019). Prabowo mengapresiasi langkah masyarakat dan para relawan yang penuh semangat mengawal proses penghitungan suara pemilu 2019. Baginya, mereka adalah pelopor penggerak perubahan.
Di hadapan para relawan, Prabowo meminta tetap waspada dan siaga dalam proses rekapitulasi suara. Dengan begitu, potensi kecurangan dapat diminimalisir.
Capres nomor urut 02 ini mengajak pendukungnya untuk terus mengawal perolehan suara dan jangan sampai berubah. Baginya, itu adalah perjuangan bersama.
“Alhamdulillah kita sudah menang. Tetapi saya tetap mengimbau kepada seluruh relawan dan masyarakat untuk jangan lengah. Kita ingin pemilu kita ini bersih, dan demokrasi kita tidak dinodai oleh kepentingan yang ingin menghancurkan bangsa kita,” katanya.
TKN Jokowi-Amin
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Amin tidak tinggal diam menghadapi klaim Prabowo-Sandi. Mereka menyuguhkan sebagian hasil hitung internal dengan gamblang. Berbeda dengan pendukung Prabowo-Sandi yang hanya mengklaim menang 62 persen tapi tidak pernah menunjukkan temuannya.
Anggota Direktorat Saksi TKN Alfatin Nova membuktikan pernyataan Prabowo-Sandi salah besar. Salah satu contohnya adalah Yogyakarta dan Bali. Mereka telah mengumpulkan 56,76 persen suara yang masuk di Yogyakarta. Hasilnya, tim Jokowi-Amin mengaku dapat perolehan 69,97 persen.
Begitu juga di Pulau Dewata. Meski data yang terkumpul masih sedikit, tapi Jokowi-Amin menang telak di Bali.
“Suara yang masuk 18,57 persen. Tapi hasilnya sejalan dengan real count KPU dan quick count-nya SMRC [Saiful Mujani Research & Consulting], dan Poltracking. Kita menang di atas 90 persen menang telak di Bali. Sementara hasil rilisnya 02, yang mereka klaim menang 69 persen, dari mana angka itu? Nah, ternyata angka itu hanya dari 7 TPS saja dari 12.834 TPS,” katanya.
Pengalaman Mahfud MD
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mohammad Mahfud MD menjelaskan bahwa dalam proses demokrasi pasti ada gangguan. Misalnya tudingan negatif kepada pemerintah, pejabat, sampai penyelenggara pemilu.
Tentu hal tersebut harus dianggap wajar dan disikapi dengan baik, yang terpenting adalah mereka bertugas dengan baik, sehingga apabila tuduhan tersebut bisa disangkal.
Jika saat ini KPU terus diserang dengan tuduhan memihak salah satu calon atau curang, setelah proses penghitungan selesai akan berpindah ke MK.
“Tuduhan hakim MK disuap lah, dia berpihak sama ini lah, itu nanti akan muncul. Pengalaman saya bertahun tahun begitu. Itu ritual politik,” jelasnya.