Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago berpendapat bahwa kelompok undecided voters akan sulit untuk memilih capres petahana Joko Widodo.
Kepada Bisnis, Kamis (11/3/2019), Pangi menyebutkan tiga alasan mengapa suara para pemilih 'galau' ini tidak akan terbelah atau split di kisaran 50 persen seperti pendapat beberapa pengamat atau lembaga survei lain.
"Pertama, mereka akan menjadi bagian dari struktur golput. Kedua, dominan memutuskan pilihan politik memilih Prabowo di injure time," ungkap Pangi.
Alasan ketiga, yaitu minimnya peluang undecided voters memilih petahana, sebab terjadi resistensi akibat performa kandidat selama memimpin.
"Mungkin sebagian pemilih melenial dan pemula masih berpeluang menjatuhkan pilihannya ke Jokowi. Secara pikiran awam saja, apakah masih kurang cukup waktu untuk menilai keberhasilan pemerintah selama 4,5 tahun? Menggapa undecided voters masih menunggu dan belum memutuskan memilih Jokowi?" ungkap Pangi.
"Dugaan saya, mereka tidak puas dengan pemerintah [approval rating rendah]. Kalau kita baca tren silent voters berpeluang besar dominan memilih Prabowo ketimbang Jokowi. Itulah kemudian, secara matematika politik, kenapa Prabowo juga punya potensi menang kalau dilihat dari tren," tambah Pangi.
Oleh sebab itu, Pangi menilai kedua kandidat baik nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf, maupun nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga masih memiliki peluang menang dan kalah dalam Pilpres 2019.
Menurutnya, angka undecided voters sebesar 7 hingga 13 persen yang setara hingga 20 juta suara ini masih merupakan angka yang besar dan bisa mengubah arsitektur kemenangan apabila dikombinasikan dengan wacana golput, kampanye terbuka, angka margin of error, isu hukum yang menjadi blunder, serta kasus money politics.