Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah pesawat tempur menyerang satu-satunya bandara Tripoli, Senin (8/4/2019). Serangan tersebut bersamaan dengan gerak pasukan Libya Timur yang maju ke Ibu Kota Libya.
Dikutip dari Reuters, perang antarkubu di Libya inipun mengabaikan permintaan global untuk gencatan senjata. Situasi ini merupakan fase baru perang di Libya pascakejatuhan Moammar Khadafi pada 2011.
Pertempuran mengancam akan mengganggu pasokan minyak, migrasi bahan bakar ke Eropa dan menghancurkan rencana AS untuk pemilihan yang akan mengakhiri persaingan antara administrasi paralel di timur dan barat.
Pasukan Nasional Libya (LNA) timur Khalifa Haftar - seorang mantan jenderal di pasukan Khadafi - mengatakan 19 tentaranya telah tewas dalam beberapa hari terakhir ketika mereka mendekati pusat pemerintahan yang diakui secara internasional di Tripoli.
Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan yang berbasis di Tripoli mengatakan pertempuran di selatan ibukota telah menewaskan sedikitnya 25 orang, termasuk pejuang dan warga sipil, dan melukai 80 lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, 2.800 orang telah terlantar akibat bentrokan dan serta banyak lagi yang melarikan diri menghindari perang, meskipun beberapa di antaranya terperangkap.
"PBB terus menyerukan gencatan senjata kemanusiaan sementara untuk memungkinkan penyediaan layanan darurat dan perjalanan sukarela warga sipil, termasuk mereka yang terluka, dari daerah konflik," katanya dalam sebuah pernyataan.
Namun, sepertinya belum mempan menyudahi perang. Bandara Matiga, di pinggiran timur, juga dikabarkan telah dibom dan seorang warga mengkonfirmasi serangan itu.