Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Libia yang didukung PBB menyatakan 21 orang tewas dan 27 lainnya terluka dalam pertempuran menghadapi pasukan pemberontak di dekat ibu kota, Tripoli.
Sebelumnya PBB telah meminta agar dilakukan gencatan senjata selama dua jam agar korban dan warga sipil dapat dievakuasi, namun pertempuran terus berlanjut.
Pasukan pemberontak pimpinan Jenderal Khalifa Haftar terus bergerak dari wilayah timur dengan tujuan mengambil alih Tripoli. Sementara tu, Perdana Menteri Libia, Fayez al-Serraj menuduh Haftar berusaha melakukan kudeta dan mengatakan pemerintah akan menghadapinya dengan kekuatan militer sebagaimana dikutip BBC.com, Senin (8/4/2019).
Di antara korban sipil yang tewas adalah seorang dokter dari organisasi Bulan Sabit Merah yang terbunuh, Sabtu lalu. Sementara pasukan militer Jenderal Haftar mengklaim pihaknya kehilangan 14 orang pasukannya.
Pasukan internasional mulai mengevakuasi personelnya dari Libia di tengah situasi keamanan yang terus memburuk.
Libia hancur-lebur akibat kekerasan dan ketidakstabilan politik semenjak penguasanya, Muammar Gaddafi, digulingkan dan dibunuh pada 2011. Pasukan Nasional Libia (LNA) pimpinan Jenderal Haftar telah melakukan serangan serempak dari wilayah selatan dan barat Tripoli sejak Kamis (4/4) lalu.
PBB sudah menyerukan gencatan senjata demi alasan kemanusiaan, namun diabaikan oleh kedua pihak. Sampai sejauh ini mereka masih mengharapkan tanggapan positif.
Sedangkan paasukan AS di Afrika, yang bertanggung jawab atas operasi militer AS dan penghubung di Afrika, mengatakan karena ada "eskalasi peningkatan kekerasan" di Libia, pihaknya sudah memindahkan pasukan AS untuk sementara waktu, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang jumlahnya.
Namun ada laporan tentang penggunaan kapal amfibi cepat yang digunakan dalam operasi tersebut.