Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga kajian ekonomi dan bisnis global Economist Intelligence Unit atau EIUmenyampaikan prediksi wajah Indonesia pascapilpres 2019.
Jika Joko Widodo alias Jokowi kembali terpilih sebagai Presiden RI, reformasi bertahap, liberalisasi perdagangan dan peluang investasi asing masih akan terbuka. Sebaliknya, jika Prabowo yang memenangkan pilpres 2019 maka Indonesia akan tampil nasionalistik dan proteksionis.
Secara garis besar EIU meyakini bahwa JJokowi akan kembali memenangkan Pilpres untuk periode kedua pada pemilihan 17 April mendatang.
Dalam pernyataan tertulisnya di laman eiu.com disebutkan bahwa Jokowi diperkirakan akan memenangkan suara untuk kembali menjadi Presiden Indonesia berkat dukungan dari mitra koalisinya.
“Kemungkinan rendahnya jumlah pemilih di kalangan kaum liberal perkotaan dan kelompok-kelompok pribumi yang mendukung Jokowi pada 2014 akan diimbangi dengan dukungannya yang lebih luas dari pihak-pihak parpol pendukung,” tulis EIU.
Disebutkan EIU bahwa pemerintahan Jokowi saat ini telah memberikan stabilitas makroekonomi dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan. Ini juga telah membuat kemajuan bertahap dalam pengembangan infrastruktur. Prestasi ini akan memberi Jokowi dukungan lebih lanjut di TPS.
Anwita Basu, Analis The Economist Intelligence Unit mengatakan, “Terpilihnya kembali Jokowi akan memastikan reformasi yang berkelanjutan atas lingkungan bisnis selama lima tahun ke depan.”
Basu menggarisbawahi bahwa tantangan utama bagi Jokowi adalah bahwa upayanya untuk menjangkau elemen-elemen dalam arus utama Islam konservatif, serta kegagalannya untuk memberikan perbaikan substansial dalam catatan hak asasi manusia Indonesia, akan berakhir dengan jumlah pemilih yang berkurang di antara basis pendukung intinya. “Kelompok muda dan minoritas pribumi khususnya tidak akan mendukungnya dengan antusiasme yang sama dengan yang mereka lakukan pada 2014.”
Economist Intelligence Unit memperkirakan dalam masa kepresidenan kedua, Jokowi akan tetap fokus pada liberalisasi bertahap dalam lingkup bisnis dan investasi asing. “Reformasi besar-besaran ("big bang") akan sulit diterima,” tulis EIU.
Sementara itu, EIU menyebutkan, jika Prabowo Subianto memenangkan Pilpres 2019 maka pemerintahan akan berwajah nasionalistik dan akan lebih menantang untuk bisnis asing, serta perusahaan Indonesia dengan jangkauan global. “Stabilitas fiskal Indonesia juga dapat terancam oleh rencana pemotongan pajaknya,” ujar EIU.
Kebijakan di Indonesia, tulis EIU, akan berubah menjadi populis.
"Resep kebijakan Prabowo" dapat mengancam stabilitas makroekonomi Indonesia, dan pendekatan proteksionisnya akan menghalangi investor asing. Demikian catatan Anwita Basu.