Bisnis.com, JAKARTA – Apa pun bentuk skenario Brexit yang akhirnya tercapai, pasar properti Inggris dinilai tetap akan tertekan ketidakpastian yang berkelanjutan.
Asosiasi global yang menetapkan kualifikasi dan standar dalam tanah, properti dan konstruksi, Royal Institution of Chartered Surveyors (RICS), mengatakan indeks harga pokok properti turun untuk bulan kelima pada Februari ke level terendah sejak 2011.
Penurunan itu disebabkan adanya ketidakpastian yang mendorong para pembeli dan penjual menunda kesepakatan. Tingkat permintaan pembeli baru, penjualan yang disepakati, dan pesanan juga serentak menurun.
Dengan batas waktu hanya berselang waktu sekitar dua pekan sampai Inggris meninggalkan Uni Eropa (Brexit), prospek ekonomi tetap terlihat suram bagi banyak rumah tangga dan bisnis.
Lebih dari tiga per empat responden survei RICS mengungkapkan bahwa kurangnya kejelasan tentang hubungan Inggris di masa depan dengan Eropa telah menghambat aktivitas di Negeri Ratu Elizabeth ini.
Setelah Parlemen Inggris dengan tegas menolak amandemen kesepakatan Brexit antara Perdana Menteri Theresa May dan Uni Eropa dalam voting pada Selasa malam (12/3/2019), voting putaran baru yang digelar pada Rabu (13/3) waktu setempat menolak skenario Brexit tanpa kesepakatan (no-deal Brexit).
Baca Juga
Hasil tersebut membuka jalan bagi voting lanjutan yang dapat menunda Brexit hingga setidaknya akhir Juni. Namun ada pula pandangan bahwa anggota parlemen masih perlu menyepakati jalan ke depan sebelum perpanjangan waktu dari Uni Eropa dapat diperoleh.
Kebuntuan politik serta merta tetap mengakar bahkan ketika Parlemen memilih untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan.
“Ketidakpastian yang sedang berlangsung tentang bagaimana Brexit akan terjadi adalah faktor penting yang mempengaruhi pembeli dan penjual,” ujar Simon Rubinsohn, kepala ekonom di RICS, sebagaimana diberitakan Bloomberg.
“Dengan sedikit tanda bahwa masalah ini akan terselesaikan dalam waktu dekat, itu bisa menjadi sesuatu yang menantang bagi pasar perumahan dan ekonomi dalam skala lebih luas,” jelasnya.
Dalam survei RICS, sejumlah agen real estat pun mengungkapkan keluhan mereka soal dampak terhadap bisnis di Inggris dari ketidakpastian Brexit.
“Brexit berdampak karena bisnis di seluruh Inggris tutup atau mengalami redudansi. Ini menyebabkan kehati-hatian sehubungan dengan semua aspek pembelian dan penjualan,” tutur Christopher Shallice dari Hix & Son di East Midlands.
Beberapa di antara agen properti bahkan mendesak para elite politik untuk segera menetapkan keputusan.
“Banyak orang kini menolak membuat keputusan sampai kita mendapatkan keputusan dari para politikus,” ungkap Ben Temple dari Regent Property di London.