Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi AS terhadap Turki Lebih dari Sekadar Hambatan Dagang

Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghapus beberapa eksportir Turki dari status perdagangan preferensial diambil dari buku pedoman yang terbukti efektif di masa lalu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menghapus beberapa eksportir Turki dari status perdagangan preferensial diambil dari buku pedoman yang terbukti efektif di masa lalu.

Para pejabat Amerika mendesak Ankara untuk meninggalkan perjanjian lama terkait pembelian sistem pertahanan udara dari Rusia. 

Terakhir kali Washington meningkatkan tekanan pada sesama sekutu NATO menyebabkan  ekonomi Turki terjun bebas dan hingga saat ini belum sepenuhnya pulih.

Ilter Turan, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Bilgi Istanbul, mengatakan bahwa langkah Trump adalah langkah politik yang bertujuan mencegah Turki membeli rudal S-400 dari Rusia.

"AS menekan potensi ekspor Turki ke pasar AS, mengetahui bahwa itu akan merugikan perekonomian negara," ujar Turan, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (7/3/2019).

Di antara negara-negara yang telah menghadapi ancaman perdagangan Trump, surplus yang diterima Turki tidak seberapa jika dibandingkan dengan China dan Meksiko.

 

Namun tetap saja manfaat dagang ini pembenaran bagi Washington untuk mengubah persyaratan perdagangan. 

 

Defisit perdagangan terbesar AS adalah dengan China, Meksiko, Jerman, dan Kanada, yang masing-masing telah mendapat tekanan untuk menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan.

 

Menurut laporan Layanan Penelitian Kongres Turki yang dikeluarkan pada Januari, sekitar US$1,7 miliar atau 1% dari total ekspor Turki akan terpengaruh dari kebijakan ini.

 

Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan mengatakan di Twitter, bahwa langkah Trump telah merusak tujuan kedua negara untuk meningkatkan perdagangan bilateral menjadi US$75 miliar di tahun-tahun mendatang. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper