Bisnis.com, JAKARTA — Dalam pidatonya di acara Konvensi Rakyat bertema "Optimisme Indonesia Maju", capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa apabila terpilih kembali, dirinya akan mempertahankan program bagi-bagi lahan dan sertifikasi tanah .
Jokowi menjelaskan beberapa alasannya di depan podium Sentul International Convention Center (SICC), Jawa Barat, Minggu (24/2/2019).
Pertama, sebab sertifikat tersebut bisa digunakan masyarakat untuk mengakses modal jaminan usaha.
"Seperti pengalaman saya, banyak wirausaha yang tidak bisa mengakses modal. Karena tidak memiliki agunan. Maka kita melakukan program sertifikasi tanah seperti ini," ungkap Jokowi.
"Sertifikasi tanah memberi kepastian hukum kepada pemiliknya, untuk mengolahnya, untuk akses permodalan, dan kepastian untuk hak warisnya," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan apabila terpilih kembali, pihaknya berjanji akan meningkatkan program sertifikasi dari sebelumnya 5 juta lebih pada 2017, menjadi sebanyak 7 juta lebih pada 2018, dan 9 juta sertifikat pada 2019, hingga target 11 juta sertifikat pada 2020.
Baca Juga
Selain sertifikasi tanah, Jokowi pun berjanji akan meningkatkan program bagi-bagi lahan konsesi untuk masyarakat di sekitar hutan, sebesar 2,6 juta hektare, dari 12,7 juta hektare yang sudah dipersiapkan pemerintah.
"Sekali lagi ini adalah konsesi tanah untuk rakyat kecil. Konsesi tanah untuk rakyat kecil!" tegasnya.
Jokowi menginginkan keadilan bagi masyarakat dalam hal kepemilikan lahan, "Jadi kalau ada konsesi besar yang ingin dikembalikan ke negara, saya tunggu."
Sebab itulah, Jokowi menantang para pemilik lahan konsesi besar yang mendapat izin dari pemerintahan periode sebelumnya, untuk mengembalikan konsesi tersebut kepada negara.
"Saya tunggu. Saya tunggu sekarang...," Jokowi berhenti beberapa saat menyela pidatonya, kemudian mengatakan dengan tegas, "dan akan saya bagikan untuk rakyat kecil!"
Setelah pernyataan tersebut, aula SICC pun pecah dengan teriakan "balikin, balikin" dari para relawan dan tokoh politik yang menggema di seantero ruangan.
"Karena masih banyak rakyat yang membutuhkan," tegas putra daerah kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini, masih diiringi tepuk tangan para relawan.