Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui kedutaan besar di Manila akan meminta klarifikasi menyusul pernyataan Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano beberapa waktu lalu tentang keterlibatan WNI dalam bom bunuh diri di Gereja Katedral Our Lady of Mt. Carmel, Kota Jolo, Filipina.
Dalam suatu pernyataan ke media lokal pada Jumat (1/2/2019), Ano mengungkapkan keyakinannya bahwa pelaku bom bunuh diri Gereja Katedral Our Lady of Mt. Carmel adalah sepasang suami istri yang berasal dari Indonesia.
Ano memaparkan bahwa kedua WNI tersebut dibimbing oleh kelompok Abu Sayyaf dan melancarkan serangan untuk menginspirasi teroris lokal.
Kendati demikian, Ano tak menyediakan bukti valid untuk memperkuat pernyataan tersebut. Duta Besar Indonesia untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang menyatakan pernyataan Ano itu dibuat ketika Kepolisian Nasional Filipina (PNP) belum merilis hasil uji DNA serta gambar resmi dari rekaman CCTV.
"Intelijen Filipina mengakui bahwa pihaknya belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang diberikan oleh Mendagri Ano terkait keterlibatan WNI pada bom bunuh diri," tulis Dubes Harry dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (5/2/2019).
Berkaitan dengan klaim tanpa dasar kuat yang disampaikan Ano, Harry mengungkapkan bahwa KBRI Manila akan meminta klarifikasi langsung melalui Kementerian Luar Negeri Filipina dan Kementerian Dalam Negeri Filipina.
"Kami mengirimkan nota verbal untuk meminta klarifikasi kepada pemerintah filipina serta menyatakan keberatan karena tidak adanya notifikasi dari pemerintah Filipina mengenai dugaan keterlibatan WNI pada peristiwa serangan di Jolo," ujar Harry.
Kementerian Luar Negeri Indonesia sebelumnya telah menegaskan bahwa pihaknya masih menunggu hasil investigasi otoritas Filipina. Langkah ini diambil untuk memastikan apakah WNI benar-benar terlibat dalam serangan yang menewaskan 22 orang itu mengingat proses investigasi dan pengecekan DNA masih berlangsung.