Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Perusahaan Melonjak, James Dyson Jadi Orang Terkaya di Inggris

Dilansir Bloomberg, laba Dyson Ltd. mencapai 1,1 miliar pound (Rp20 triliun) di tahun 2018, naik dari 801 juta pound pada tahun 2017. Lonjakan ini didorong oleh permintaan untuk produk rambut baru

Bisnis.com, JAKARTA – James Dyson, penemu mesin penyedot debu tanpa kantong, saat ini menjadi orang terkaya di Inggris setelah perusahaannya membukukan rekor laba di tahun 2018.

Dilansir Bloomberg, laba Dyson Ltd. mencapai 1,1 miliar pound (Rp20 triliun) di tahun 2018, naik dari 801 juta pound pada tahun 2017. Lonjakan ini didorong oleh permintaan untuk produk rambut baru

Dengan laba di tahun 2018, kekayaannya bertambah sekitar US$3,4 miliar menjadi US$13,8 miliar menurut Bloomberg Billionaires Index, yang melacak peringkat 500 orang terkaya di dunia.

Laba di Dyson Ltd. melambungkan dirinya di atas Jim Ratcliffe, pendiri pabrik bahan kimia Ineos Group, dan menyoroti berkurangnya kekuatan warisan di antara orang Inggris terkaya.

Keluarga Hugh Grosvenor, Duke Westminster VII, menjadi orang terkaya di Inggris berkat tanah yang mereka miliki sejak tahun 1677 hingga posisinya diambil alih oleh Ratcliffe tahun lalu. Grosvenor saat ini menjadi orang terkaya ketiga dengan kekayaan US$12,4 miliar.

Dyson, yang menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Inggris, telah mendapat manfaat dari basis pelanggan yang tumbuh di Asia, yang berkontribusi lebih dari 50% dari total laba perusahaan.

Pada bulan November, Alibaba Group Holding Ltd. mengatakan bahwa beberapa produk terlaris selama acara tahunan Singles 'Day datang dari Dyson.

Perusahaan yang terkenal dengan produk penyedot debu dan pengering tangan ini telah mengembangkan produknya ke lini pembersih udara dan produk perawatan rambut, dan memulai proyek mahal untuk membangun mobil listrik pada tahun 2021.

Kenaikan peringkat kekayaan Dyson terjadi ketika perusahaannya melonggarkan ikatannya dengan Inggris. Perusahaan berencana untuk memindahkan kantor pusatnya ke Singapura dari Wiltshire, Inggris.

CEO Dyson, Jim Rowan, mengatakan dalam bahwa kepindahan ke Singapura bukan karena pajak atau kekhawatiran Brexit, tetapi karena pergeseran pentingnya kawasan ini kepada perusahaan. Pengumuman ini muncul ketika pemerintah Inggris berjuang untuk meyakinkan bisnis karena ketidakpastian Brexit terus berlanjut.

Singapura tidak memiliki pabrik mobil tunggal dan merupakan salah satu tempat termahal di dunia untuk membeli mobil, tetapi merupakan rumah bagi pelabuhan peti kemas terbesar kedua di dunia dan pusat produksi untuk produk teknologi tinggi seperti mesin pesawat Rolls Royce Holdings Plc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper