Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menghitung Berkah Coattail Effect dan Peruntungan Parpol 2019

Efek ekor jas atau coattail effect diperkirakan memberi dampak penting pada peruntungan partai politik pada Pemilu 2019. Itu sebabnya, partai politik memilih berkoalisi dengan partai lain dalam mengusung capres tertentu. Perkara apakah koalisinya sepenuh hati atau setengah hati, itu menjadi persoalan lain.
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto (ketiga kiri) didampingi pengurus partai Golkar saat menghadiri Rakornis Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar 2018 di Jakarta, Sabtu (20/10/2018)./Antara
Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto (ketiga kiri) didampingi pengurus partai Golkar saat menghadiri Rakornis Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar 2018 di Jakarta, Sabtu (20/10/2018)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Efek ekor jas atau coattail effect diperkirakan memberi dampak penting pada peruntungan partai politik pada Pemilu 2019. Itu sebabnya, partai politik memilih berkoalisi dengan partai lain dalam mengusung capres tertentu. Perkara apakah koalisinya sepenuh hati atau setengah hati, itu menjadi persoalan lain.

Bagi parpol saat ini, bergabung dalam koalisi adalah satu-satunya jalan agar pada pemilu periode berikutnya masih bisa ikut berlaga. Halnya menjadi lain, jika lobi dan "akrobat" politik pada parlemen hasil pemilu 2019 menghasilkan kesepakatan baru.

Tak hanya soal kewajiban bergabung dalam koalisi, bisa jadi juga lobi-lobi politik menghasilkan perubahan aturan soal electoral treshold hingga presidential treshold. Walaupun dalam nalar  politik saat ini hal itu terasa muskil. ke depan perubahan itu masih terbuka.

Kini, menjelang Pemilu Serentak 2019, parpol setidaknya terfokus pada dua aspek. Pertama menyelamatkan nasib elektoral mereka dan menggolkan kemenangan calon presiden yang diusungnya.

Dukungan terhadap capres dan cawapres tertentu diimbuhi harapan mereka mendapat efek ekor jas atau coattail effect atas proses pemilu yang berlangsung. Maka jangan heran, jika sejumlah parpol tertentu berada di satu kubu dan sejumlah parpol lainnya berada di kubu lainnya.

Terkait ini, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan, Partai Gerindra diuntungkan karena bisa memperoleh berkah elektoral atau coattail effect dari Prabowo Subianto yang menjadi calon presiden. Dengan alasan itu, Partai Gerindra diprediksi berada di posisi kedua dalam Pileg 2019.

"Partai Gerindra adalah partai yang kuat asosiasinya dengan capres Prabowo Subianto. Kuatnya asosiasi Prabowo membuat Gerindra diuntungkan," kata Peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa.

Hal itu disampaikannya saat memaparkan hasil survei yang bertema "Yang Juara dan yang Terhempas: Pertarungan Partai Politik 2019, di Kantor LSI Denny JA, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (8/1/2019).

Menurut dia, sejak survei yang dilakukan pada Agustus 2018 hingga Desember 2018, Partai Gerindra dan Partai Golkar bersaing untuk memperebutkan posisi kedua elektabilitas partai.

"Selisih kedua partai tersebut hanya terpaut di bawah 5% pada September 2018, elektabilitas Gerindra 11,5% dan Golkar 10,6%," katanya.

Begitu pun, pada hasil survei terakhir pada Desember 2018, selisih kedua partai hanya 2,9% (Gerindra 12,9% dan Golkar 10%).

Ardian mengatakan, sebagai partai senior dan berpengalaman, Partai Golkar memiliki sumber daya caleg dan mesin partai yang mumpuni. Namun, lanjutnya, Partai Golkar harus menemukan 'sumber pendongkrak' yang lain agar mampu mengimbangi dan berkompetisi dengan Gerindra untuk merebut posisi runner-up.

"Tanpa ada sumber pendongkrak baru yang sifatnya big bang, Golkar akan sulit bersaing dengan Partai Gerindra. Dalam lima kali survei terakhir LSI Denny JA, belum sekalipun Partai Golkar mampu menyalip Partai Gerindra. Jika Partai Gerindra berhasil mempertahankan posisi saat ini, maka untuk pertama kalinya Partai Golkar akan terlempar dari 'habitatnya' sebagai partai yang selalu berada di dua besar pemenang pemilu sejak pemilu 1999," jelasnya.

LSI Denny JA juga menyebutkan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan berpotensial juara dalam Pemilihan Legislatif 2019.

"Kalau kita lihat dalam survei sebelumnya, elektabilitas PDIP selalu berada di posisi teratas. PDIP juga konsisten berbeda jarak sekitar 10 persen dengan Partai Gerindra yang berada di posisi kedua," kata Ardian.

Dalam lima kali survei berturut-turut sejak Agustus hingga Desember 2018, PDIP selalu kokoh di posisi pertama. Angka elektabilitasnya selalu di atas 20 persen dan jauh meninggalkan elektabilitas partai-partai lainnya.

Pada Agustus 2018, kata dia, elektabilitas PDIP sebesar 24,8%, pada September 2018 elektabilitas PDIP sebesar 25,6%, Oktober 2018 elektabilitas PDIP sebesar 28,5%, November 2018 elektabilitas PDIP sebesar 25,4% dan Desember 2018 elektabilitas PDIP sebesar 27,7%.

"Elektabilitas PDIP memang terlihat masih fluktuatif dari bulan ke bulan. Namun elektabilitas partai berlambang banteng ini tetap kokoh di atas 20 persen," kata Ardian.

Di sisi lain, dalam survei periode Desember 2018 tersebut, selain tiga partai yang telah disebutkan di atas hanya ada satu partai lain yang mencapai parliamentary threshold atau batas bawah parlemen sebesar 4%, yaitu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan angka 6,9%.

Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus puas dengan hanya bisa mencapai elektabilitas sebesar 3,3%, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3,0%, NasDem 2,8%, Perindo 1,9%, dan Partai Amanat Nasional (PAN) 1,8%.

Sedangkan Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), masih harus bersaing untuk mendapatkan suara di atas 1%.

Rilis survei ini adalah rangkuman dari lima survei terakhir LSI Denny JA sejak Agustus hingga Desember 2018.

Setiap bulannya (Agustus-Desember) LSI Denny JA membuat survei nasional menggunakan 1.200 responden. Survei diadakan di 34 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode multistage random sampling.

Margin of error setiap survei tersebut kurang lebih 2,9%. LSI Denny JA juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. Survei ini dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA.

Optimisme Golkar 

Hasil survei memberikan sinyal soal "peruntungan" yang bisa digapai Partai Golkar. Partai berlambang pohon beringin ini berpotensi kehilangan julukan "spesialis dua besar" sejak era reformasi. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dinilai sebagai ancaman yang bakal menggantikan kedudukannya di posisi peringkat dua.

Sebelumnya, partai yang identik dengan warna kuning ini menjadi runner-up pada Pileg 1999 yang dimenangkan PDI Perjuangan. Periode selanjutnya merupakan era kembalinya kedigdayaan Golkar dengan memenangkan Pileg 2004.

Tetapi setelah itu, Golkar kembali menjadi runner-up dua periode berurut-turut akibat populernya nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Demokrat yang menjadi jawara Pileg 2009, dan faktor Joko Widodo dari PDIP pada Pileg 2014.

Kini, LSI menyebut PDIP berpeluang besar memenangkan Pileg 2019 sebab mencatatkan elektabilitas di atas 20% sejak Agustus—Desember 2018. Disusul posisi runner-up yang selalu diduduki Partai Gerindra dengan kisaran elektabilitas 11,3%—14,2% dalam lima bulan terakhir yang dinilai berkat berkah elektoral (coattail effect) dari sosok Prabowo dan Sandiaga Uno sebagai Capres-Cawapres nomor urut 02 di Pilpres 2019.

Bila mengacu survei periode Desember 2018, PDIP berhasil meraih elektabilitas 27,7%, disusul Gerindra 12,9%. Sedangkan Golkar sendiri harus puas di posisi ketiga dengan elektabilitas 10%.

Kendati demikian, Ketua DPP Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily menyatakan bahwa pihaknya masih optimistis. Ace menyebut Golkar akan berupaya bersaing secara sehat dengan Gerindra atau pun PDIP dengan target memenangi Pileg 2019.

"Kami akan terus berjuang supaya partai Golkar menjadi pemenang untuk [Pileg] 2019 nanti. Kami yakini demikian, karena proses [kampanye] baru mau dilakukan oleh kita. Maksudnya proses [maksimal] akhirnya kan belum," ujar Ace, Selasa (8/1/2019).

"Jadi kami meyakini, InsyaAllah Golkar mencapai target sampai 18% [suara] sesuai dengan kesepakatan di dalam Rapimnas [Rapat Pimpinan Nasional] maupun Munas [Musyawarah Nasional]," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper