Bisnis.com, JAKARTA - Istri-istri dari dua pendaki Sherpa yang meninggal di Gunung Everest, berencana mendaki gunung tertinggi di dunia itu, untuk menyelesaikan pendakian yang belum selesai dilakukan oleh suami mereka. Mereka adalah Furdiki dan Nima Doma.
Sherpa adalah salah satu suku di Tibet yang hidup di lereng-lereng gunung Himalaya. Mereka terkenal karena keahlian mendaki dan mengenal medan hingga sering menjadi pemandu para pendaki Everest.
Suami Furdiki Sherpa meninggal saat memperbaiki tali untuk klien asingnya di gunung setinggi 8.850 meter (29.035 kaki) pada tahun 2013.
Dia mengatakan akan mengajak Nima Doma Sherpa, istri dari salah satu dari 16 sherpa yang terbunuh dalam longsoran salju di dekat basecamp pada tahun 2014 untuk mendaki bersama pada Mei 2019.
"Kami akan memanjat gunung untuk menutup rasa sakit kami dan untuk menghormati suami kami dengan mencapai puncak yang mereka tidak bisa capai," kata keduanya dalam sebuah pernyataan.
Nima yang berusia 36 tahun ini mengatakan mereka telah latihan dengan memanjat dua puncak gunung yang lebih kecil.
Furdiki mengatakan kematian suaminya mengakibatkan kesulitan ekonomi yang sangat besar. "Kematian suami saya bukan akhir hidup saya," kata ibu dua anak ini seperti dikutip dari Reuters.
Everest, yang melintasi perbatasan Nepal-Cina dapat dicapai dari kedua sisi gunung itu.
Berdasarkan data yang dikutip oleh Reuters dari sebuah postingan blogger Everest, Alan Arnette, Everest telah didaki oleh 4.833 orang sejak pertama kali didaki oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay Sherpa dari Selandia Baru pada tahun 1953.
Dalam Pendakian hanya sekitar 500 dari pendaki Everest adalah perempuan. "Saya melakukan ekspedisi untuk menyebarkan pesan bahwa para perempuan dapat mencapai bahkan petualangan yang begitu sulit."
Mereka berharap hal ini dapat menginspirasi wanita lainnya.