Bisnis.com, JAKARTA - Angka kelahiran di Jepang menyentuh rekor terendah tahun ini sejak sensus penduduk mulai dilakuan pada 1899, tulis CNN, Senin (24/12/2018).
Berdasarkan statistik yang dipublikasi Kementerian Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan, jumlah kelahiran pada 2018 di Negeri Sakura hanya mencapai 921 ribu jiwa. Lebih rendah 25 ribu dibanding angka kelahiran setahun sebelumnya.
Semenara itu, angka kematian penduduk tercatat menyentuh titik tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia II.
Tahun ini terdapat sekitar 1,37 penduduk yang dilaporkan meninggal. Defisit pertumbuhan alami sebanyak 448 ribu jiwa, tertinggi dalam sejarah, membuat penurunan jumlah penduduk Jepang berlanjut.
Jepang merupakan negara dengan populasi penduduk usia tua terbesar di dunia. Lebih dari 20% penduduknya berusia di atas 65 tahun. Jumlah populasi Jepang tahun ini adalah 124 juta, namun pada 2065, angka tersebut diperkirakan turun menjadi 88 juta.
Dilansir dari The Japan Times, data terbaru yang memperlihatkan tingginya selisih kematian dan kelahiran akan mempersulit pemerintah untuk menambah indikator tingkat kesuburan menjadi 1,8 pada akhir fiskal 2025.
Baca Juga
Tingkat kesuburan total adalah ukuran rata-rata anak-anak yang diharapkan lahir dari satu perempuan, berdasarkan profil usia populasi perempuan dan tingkat kesuburan spesifik usia.
Indikator tingkat kesuburan berada di angka 1,43 pada 2017 dan 1,44 pada 2016.
Guna mencegah penurunan penduduk di bawah 100 juta jiwa pada 2060, pemerintahan Shinzo Abe mengeluarkan paket anggaran sebesar US$18 miliar tahun lalu.
Jumlah tersebut dialokasikan untuk perluasan akses prasekolah bagi anak berusia 3-5 tahun, serta anak usia 2 tahun dari keluarga berpenghasilan rendah.