Bisnis.com, JAKARTA—Pilihan Partai Bulan Bintang (PBB) untuk bergabung dengan parpol koalisi pendukung capres dan cawapres Jokowi-Ma’ruf akan lebih tepat bila dibandingkan medukung capres dan cawapres Prabowo-Sandiaga Uno.
Pengamat politik dari Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai kalau PBB berada di luar pemerintahan maka posisi parpol itu akan sulit. Karena itu, dia menilai sangat tepat saat ini Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra merapat ke petahana dengan posisinya sebagai kuasa hukum pasangan tersebut.
"Bisa saja PBB akan mengikuti arahan Yusril Ihza Mahendra untuk bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma'ruf," ujar Ujang, Selasa (18/12/2018).
Apabila PBB ada di luar pemerintahan atau menjadi oposisi, selain perjuanganna makin berat, parpol itu akan mudah ‘dikerjai’ oleh pihak lain. Menurut dia, dengan mendukung pasangan Jokowi--Ma'ruf Amin maka PBB nantinya juga akan lebih dekat dengan pemerintahan.
Selain itu, ada potensi PBB akan mencapai target ambang batas empat persen dengan kedekatan tersebut. Syaratnya, seluruh kader juga harus bekerja keras dan fokus untuk memenangkan partainya. Terkait dengan PT (ambang batas parlemen), dia memperkirakan PBB punya potensi lolos dengan catatan harus kerja keras.
"Caleg-calegnya harus bergerak di darat dan di udara. Bagi caleg tidak akan kesulitan. Caleg-caleg fokus saja untuk memenangkan diri dan partainya," ujar Ujang.
Baca Juga
Meski demikian, keputusan PBB untuk mendukung pasangan capres sendiri baru akan diketahui pada Rakernas Januari 2019. Dia memperkirakan akan ada perbedaan pendapat di internal partai itu.
"Perbedaan pendapat di internal sah-sah saja. 'Kan nanti bisa dimusyawarahkan. Pada bulan Januari PBB, baru akan memutuskan ke mana akan berlabuh," ujarnya.