Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2018 Jadi Tahun Bersejarah Bagi Hubungan AS-Korut

Tahun 2018 menjadi momen bersejarah bagi Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara. Dua (mantan) musuh bebuyutan, Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un, untuk pertama kalinya berjabat tangan.
Kim Jong un dan Trump/Reuters
Kim Jong un dan Trump/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun 2018 menjadi momen bersejarah bagi Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara. Dua (mantan) musuh bebuyutan, Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong-un, untuk pertama kalinya berjabat tangan.

Disaksikan dunia, keduanya saling bertukar pandangan dan mengulurkan tangan di Resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura, pada 12 Juni 2018 sekitar pukul 9 pagi waktu setempat.

Meski tampak gugup, sunggingan senyum yang sesekali diperlihatkan Trump dan Kim Jong-un cukup mencairkan tatap muka pertama mereka tersebut.

Keduanya bahkan sempat berpelukan sebelum bergeser ke ruangan di mana mereka mengadakan pertemuan tertutup dengan hanya didampingi penerjemah masing-masing. 

Momen itu juga menandai kali pertama pertemuan antara presiden AS yang sedang menjabat dan pemimpin Korea Utara yang berkuasa.

Di atas kertas, sosok dan latar belakang dua pemimpin ini benar-benar berbeda. Trump, kini berusia 72 tahun, berlatar belakang pengusaha yang dipilih secara demokratis oleh warga AS. Adapun Kim Jong-un, yang diperkirakan berusia separuhnya, mewarisi kekuasaan di Korut secara turun temurun.

Salah satu hal menarik ketika membahas hubungan kedua pemimpin ini pada masa ‘perang dingin’ mereka adalah berbagai penamaan yang dilemparkan oleh masing-masing.

2018 Jadi Tahun Bersejarah Bagi Hubungan AS-Korut

Contoh saja, dalam sebuah cuitannya pada September 2017, Trump menyebut Kim Jong-un sebagai ‘Rocket Man’. Trump juga pernah terang-terangan ‘menyerang’ Kim Jong-un dengan menyebut Korea Utara tempat yang tidak layak dihuni manusia.

Dasar Trump, dalam lawatannya menghadiri KTT APEC di Vietnam, ia balas menamai secara 'sarkastik' diktator Korea Utara tersebut, setelah dihina 'tua' oleh Kim Jong-un.

“Mengapa Kim Jong-un menghina saya dengan menyebut saya 'tua', padahal saya TIDAK akan pernah menyebutnya 'pendek dan gendut',” cuit Trump cuek.

Sama-sama Disegani

Tak peduli dengan selisih usia yang terpaut jauh, kedua pemimpin beda zaman ini sangat disegani. Kim Jong-un terkenal dengan ambisi persenjataan nuklirnya dan telah beberapa kali sesumbar akan mengirimkan rudal ke daratan AS.

Trump tak ingin kalah dalam melancarkan retorika sengit. Beberapa kali Presiden ke-45 AS ini mengancam akan 'menghantam' Kim Jong-un dan meluluhlantakkan Korut.

Sekitar satu bulan sebelum pertemuan mereka itu saja, Trump berkoar-koar akan menjadikan Kim Jong-un bernasib seperti pemimpin Libya Muammar Khadafi. Khadafi digulingkan dari kekuasaannya dan terbunuh dalam suatu operasi koalisi AS pada tahun 2011.

Pernyataan itu diutarakan Trump menanggapi ancaman Kim Jong-un yang akan membatalkan pertemuan dengannya. Kim Jong-un rupanya sungguh-sungguh tak senang atas latihan militer gabungan yang masih dilakukan AS dan Korea Selatan di Semenanjung Korea.

Setali tiga uang dengan Kim Jong-un, Trump juga sempat emoh meneruskan rencana pertemuan mereka. 

Lewat sebuah surat terbuka pada Kamis, 24 Mei 2018, Trump menuliskan bahwa sikap marah dan permusuhan yang luar biasa yang ditunjukkan Korea Utara menyebabkan dia membatalkan pertemuan yang akan dihelat di Singapura.

Jejak panjang diskusi tentang nuklir antara AS dan Korut sendiri telah berlangsung alot dalam hitungan puluhan tahun.

Dilansir dari Reuters, sejak 1990, sedikitnya 205 negosiasi dan pertemuan telah ditempuh AS dan Korut dengan sejumlah organisasi internasional, di mana AS merupakan salah satu pendirinya. Namun, tidak ada pertemuan khusus sebelum agenda pertemuan kedua negara di Singapura.

Dalam satu dekade terakhir, Korut tercatat telah beberapa kali ‘memanaskan suasana’ dengan melakukan 144 kali peluncuran misil dan tes nuklir. AS pun sudah berulang kali meminta Korut menghentikan program pengembangan nuklir dan rudalnya.

Pada 2017, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, Korut mengklaim telah sukses melakukan serangkaian tes bom hidrogen. Pada tahun yang sama, Korut meluncurkan Intercontinental Ballistic Missile alias misil balistik antar benua.

Dampak dari perseteruan dua pemimpin ini sudah pasti tak hanya dirasakan masing-masing kawasan. Ketegangan geopolitik utamanya akibat ancaman rudal menjalari pasar finansial global hingga menjelang realisasi tatap muka mereka.

Jasa Moon Jae-in

Pantas rasanya jika dunia internasional berterima kasih kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. Moon Jae-in menjadi salah satu yang berperan besar atas terwujudnya pertemuan Trump dan Kim Jong-un.

Dalam sebuah pernyataan tertulis, Moon mengaku tak bisa tidur nyenyak hingga mengetahui pertemuan antara Trump dan Kim Jong-un dapat berjalan sukses. Ia benar-benar mengharapkan tatap muka mereka akan membuka era perdamaian dan membebaskan semenanjung Korea bebas nuklir.

“Tidur saya tidak nyenyak. Saya, bersama rakyat saya, sangat mengaharapkan kesuksesan KTT tersebut, agar era denuklirisasi terbuka, perdamaian, dan hubungan yang baru antara Korea Selatan, Korea Utara, dan Amerika Serikat,” ujar Moon.

Namun ketika dunia dikhawatirkan dengan batalnya pertemuan Trump dan Kim Jong-un, Moon Jae-in memberi angin segar dengan menyampaikan komitmen Kim Jong-un untuk menyelesaikan denuklirisasi semenanjung Korea dan menghadiri pertemuan yang direncanakan dengan Trump.

Moon Jae-in telah terlebih dahulu berhasil merealisasikan rencana pertemuannya dengan Kim Jong-un pada 27 April 2018 di Desa Panmunjom, Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea itu.

Kim Jong-un menjadi pemimpin Korut pertama yang menginjakkan kakinya di Korsel sejak Perang Korea selama tiga tahun berakhir 65 tahun lalu pada 1953.

2018 Jadi Tahun Bersejarah Bagi Hubungan AS-Korut

Selain berbicara menyangkut hubungan untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan serta reunifikasi di antara kedua Korea, pertemuan itu bertujuan memuluskan jalan untuk pertemuan selanjutnya antara pemimpin Korea Utara itu dan Presiden Donald Trump.

Sejarah pun akhirnya benar-benar mencatatkan suksesnya pertemuan Trump dan Kim Jong-un pada 12 Juni. 

Khalayak internasional menghembuskan nafas lega ketika Trump mengatakan telah membentuk hubungan yang baik dengan Kim Jong-un dalam pertemuan mereka.

Sementara itu, Kim Jong-un menyebutkan segala prasangka dan kendala yang menghalangi dirinya bertemu dengan Presiden Donald Trump telah berhasil dihilangkan. Melalui seorang penerjemah, Kim Jong-un bahkan sempat bersoloroh kepada Trump.

“Saya pikir seluruh dunia sedang menyaksikan momen ini. Banyak orang di dunia akan menganggap hal ini sebagai adegan dari film fantasi ... fiksi ilmiah,” canda Kim Jong-un.

Denuklirisasi Korut

Trump dan Kim Jong-un menandatangani sebuah dokumen yang menyertakan komitmen Korut untuk menyingkirkan senjata nuklir dari Semenanjung Korea. Sebagai imbal balik, AS sepakat menghentikan latihan militer di Korea Selatan.

Kesepakatan yang dicapai dari pertemuan mereka juga menyebutkan kedua negara akan bekerja sama ke arah hubungan baru dan Amerika Serikat akan memberikan jaminan keamanan kepada Korea Utara.

Pembicaraan denuklirisasi Korea Utara memasuki babak selanjutnya pada awal Juli, menyusul Konferensi Tingkat Tinggi antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang digelar pada Juni.

Kali ini, kedua negara masing-masing diwakili oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan mantan kepala badan spionase Korut Kim Yong-chol.

Pompeo menekankan tiga tujuan utama yakni denuklirisasi komprehensif oleh Korut, jaminan keamanan, dan repatriasi jenazah tentara AS dari Perang Korea 1950-1953. Seluruhnya disebut sebagai turunan dari perjanjian yang disepakati di Singapura pada 12 Juni 2018.

Kemudian pada 10 September, Trump dilaporkan menerima surat dari Kim Jong-un, yang berisi ajakan untuk melakukan pertemuan kedua antara mereka.

Trump mengatakan tengah menyiapkan rencana pertemuan puncaknya yang kedua dengan Kim Jong-un sembari mengakui adanya progres yang dicapai dalam pembicaraan pihak AS dengan negara yang lama terisolasi tersebut.

2018 Jadi Tahun Bersejarah Bagi Hubungan AS-Korut

Pertemuan puncak jilid dua tersebut kemungkinan akan dilangsungkan pada Januari atau Februari 2019. Sejauh ini, telah ada beberapa lokasi pertemuan yang dipertimbangkan.

Trump juga mengungkapkan kemungkinan baginya untuk mengundang Kim ke Amerika Serikat. "Kami menjalin hubungan dengan sangat baik. Pertemanan kami sangat baik," ujarnya.

Dalam suatu kesempatan di KTT G20 awal bulan ini, Trump meminta Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, untuk menyampaikan janjinya kepada Kim Jong-un bahwa ia akan mengabulkan apa saja permintaannya jika Korea Utara benar-benar melakukan denuklirisasi.

“Pesannya adalah Presiden Trump menganggap Kim sebagai teman dan dia menyukainya. Dia pun berharap Kim mau mengimplementasikan kesepakatan mereka dan dia akan mengabulkan apa yang diminta Kim," ujar Moon sebagaimana dikutip CNN.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper