Bisnis.com, JAKARTA -- Putra-putri alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) dan anak para dosen dari sekolah dulu bernama APDN atau STPDN ini, menyatakan sikap tidak terpengaruh dengan situasi politik identitas menjelang pemilihan presiden berlangsung 2019 nanti.
Hal itu disampaikan Fadly Manangkari, Ketua Pelaksana reuni akbar ke-28 tahun purna bakti STPDN/APDN, dari rilis diterima Bisnis. Dia mengatakan, pada tahun ini, situasi dan nuansa penuh dengan sarat politik identitas justru dikhawatirkan memecah persatuan bangsa Indonesia.
"Oleh karena itu para dosen purna bakti maupun dosen yang masih aktif mengajar di lingkungan instansi IPDN berasal dari seluruh nusantara dan putra-putri alumni praja IPDN tidak terpengaruh dengan hal itu dan tetap menyatakan sikap bersatu menjaga keutuhan NKRI," kata Fadly, Sabtu (17/11/2018).
Dalam ajang reuni itu, dia mengatakan akan hadir sekitar 300 orang para alumni IPDN, anak-anak alumni APDN/STPDN, ada yang telah menjadi pengusaha atau bekerja di berbagai bidang disiplin ilmu, dan aparatur sipil negara (ASN) di sejumlah instansi pemerintahan daerah dan kementerian.
Fadly yang juga anak dari pengajar IPDN ini mengutarakan, sikap tegas tersebut tidak lepas dari pengabdian para alumni yang selama menempuh pendidikan di kawasan Jatinangor (Jawa Barat) tersebut dididik mencintai negara Indonesia dengan nilai-nilai luhur kebhinekaan, kekeluargaan dan persaudaraan.
"Mereka hijrah dari kampung halaman, meninggalkan sanak saudara demi sebuah nilai yang mereka yakini yaitu pengabdian kepada negara. Selain itu, reuni ini sebagai ajang merekatkan kembali silahturahmi antara anak-anak alumni IPDN dan lulusannya yang tersebar dari berbagai daerah dan sekarang berkumpul lagi saat reuni," ucapnya.
Dalam reuni di Jatinangor berlangsung hari ini Sabtu (17/11/2018) ini, dihadiri pula Pembina Forum Komunikasi Keluarga Purna Bakti IPDN Mayjen TNI Purn IGK Manila, perwakilan Kementerian Dalam Negeri, Rektor IPDN 2015-sekarang Ermaya Suradinata.