Bisnis.com, JAKARTA – Seorang mantan petugas CIA dan analis intelijen untuk CNN berpendapat bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membantu Arab Saudi menutupi pembunuhan Jamal Khashoggi.
Bob Baer, seorang mantan petugas CIA utamanya di Timur Tengah, mengatakan pemerintah AS telah dengan sengaja meredam respons mereka untuk kasus pembunuhan jurnalis asal Arab Saudi tersebut.
“Kami selalu menutup mata terhadap apa yang terjadi di Arab Saudi,” ujar Baer kepada CNN, Selasa (13/11/2018) waktu setempat.
Khashoggi, yang terkenal kerap melancarkan kritiknya terhadap pemerintahan Saudi, dibunuh setelah memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.
Sejak saat itu pula, negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu telah menyodorkan berbagai versi berbeda tentang peristiwa tersebut. Arab Saudi telah memecat lima pejabat tinggi dan menangkap 18 orang yang dikatakan terkait dengan pembunuhan kontributor The Washington Post tersebut.
Kendati demikian, jasad Khashoggi belum juga ditemukan hingga saat ini. Rekaman audio yang beredar di sekitar lembaga pemerintah tampaknya menunjukkan bahwa pejabat senior Arab Saudi telah mengomandoi pembunuhan itu.
Menurut The New York Times, rekaman itu diduga merekam saat-saat terakhir Khashoggi. Rekaman itu di antaranya memperdengarkan salah seorang pelaku pembunuhan berbicara dengan atasannya di telepon dan memberi tahunya untuk “memberi tahu bos Anda” bahwa “tindakan itu telah dilakukan."
Sejumlah pejabat Turki dan AS, termasuk Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, mengatakan bahwa rekaman audio itu tidak secara konklusif melibatkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Namun, Baer menyampaikan kesan bahwa sangat kecil kemungkinan ada orang lain di Kerajaan selain Sang Pangeran yang memiliki otoritas untuk memerintahkan operasi semacam itu. Bolton sendiri mengaku belum mendengarkan rekaman tersebut.
“Orang-orang Saudi tidak pernah memiliki operasi yang sembarangan. Itu tidak pernah terjadi. Kemungkinan bahwa Mohammed bin Salman memerintahkan hal ini kami kira mencapai 100%,” lanjut Baer, seperti dikutip Business Insider.
Pemerintahan Trump tidak yakin bagaimana melanjutkan responsnya terkait kasus pembunuhan yang telah menyulut kemarahan dunia internasional ini.
Meski sejumlah pejabat pemerintahan AS telah menjanjikan sanksi, tetap saja belum banyak langkah konkret dilakukan terhadap Arab Saudi, kemungkinan karena hubungan ekonomi yang mendalam antara pemerintah AS dan Saudi.
“Di titik ini, Gedung Putih tidak melihat jalan keluar. Arab Saudi adalah gunung berapi. Untuk mencoba dan mendorong Putra Mahkota keluar, kami tidak memiliki siapa pun [di Arab Saudi] di pihak kami, jadi kami tidak tahu apa yang harus dilakukan,” tambah Baer.