Bisnis.com, JAKARTA - Sebelum jatuh menghunjam laut di perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT 610 dan registrasi pesawat PK-LQP dikabarkan seperti terbang buta.
Hal tersebut terjadi karena pesawat dengan jenis Boeing MAX 8 tersebut diduga sempat mengalami masalah pada sistem kendali.
Kondisi tersebut diketahui dari percakapan antara kopilot Harvino dengan pemandu lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC).
Kopilot Harvino sempat mengatakan semua instrumen di kokpit selalu menunjukkan angka yang sama. Ia tidak yakin pesawat telah berada di ketinggian 5.000 kaki. Pesawat itu juga minta diberi ruang sejauh 3.000 kaki untuk menghindari kepadatan lalu lintas udara.
Diketahui bahwa penerbang tidak tahu kecepatan dan ketinggian pesawat. Pesawat juga terbang manual.
“JT 610 selalu bertanya berapa airspeed dan ketinggiannya,” kata seorang pejabat di lingkungan penerbangan.
Baca Juga
“Sama seperti kejadian Minggu malam, pesawat seperti terbang buta.”
Seorang pejabat yang mendengar rekaman percakapan JT 610 mengatakan Harvino diduga sebagai pemegang komunikasi dengan menara air traffic controller (ATC).
Pesawat itu lepas landas dari Soekarno-Hatta pada pukul 06.20 Waktu Indonesia Barat. Satu menit kemudian, Harvino memulai komunikasi dengan pemandu Terminal East ATC. Saat itu, pesawat meminta izin mendaki hingga ketinggian 27 ribu kaki.
Tak lama kemudian, Harvino meminta informasi ketinggian pesawat. Sejak dia menanyakan ketinggian itulah panel instrumen ketinggian dan kecepatan pesawat diduga bermasalah. Kecepatan pesawat tak beraturan. Ketinggian pesawat naik-turun setelah lepas landas.
“Saat hendak lepas landas di darat pun penerbang sudah sempat tanya kecepatannya berapa,” ujar pejabat lain yang mengetahui percakapan kopilot dengan menara ATC.
Ketika masih di darat, pesawat Lion Air dipandu petugas menara melalui pandangan visual.
Saat dimintai konfirmasi mengenai isi percakapan, Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto tak mau menanggapi.
“Silakan nanti tanya ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi,” kata Novie, Jumat pekan lalu.