Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Elektabilitas Jokowi Tetap Tinggi, Peneliti SMRC: Tidak Ada Jaminan

Tingginya elektabilitas calon presiden nomor urut satu Joko Widodo bisa saja tergerus apabila muncul kejadian luar biasa, seperti kebijakan ekonomi atau situasi keamanan yang kurang kondusif.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan/Bisnis-Rahmad Fauzan
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan/Bisnis-Rahmad Fauzan

Kabar24.com, JAKARTA — Tingginya elektabilitas calon presiden nomor urut satu Joko Widodo bisa saja tergerus apabila muncul kejadian luar biasa, seperti kebijakan ekonomi atau situasi keamanan yang kurang kondusif.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Djayadi Hanan mengatakan bawah tingginya elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin atas pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto-Sandiaga S. Uno, bukan jaminan terus berada di jalur positif.

"Apakah tren dukungan yang lebih baik kepada Jokowi itu akan bertahan? Tidak ada jaminan tren dukungan terhadap Jokowi itu akan terus menerus naik," ujarnya saat merilis hasil survei, Minggu (7/10/2018).

Terdapat dua faktor yang menentukan bagi tingkat elektabilitas petahana. Pertama, faktor yang bersifat fundamental dan kedua, faktor nonfundamental. Namun, Djayadi menegaskan, faktor yang lebih menentukan adalah yang bersifat fundamental, seperti ekonomi, politik, hukum, dan keamanan.

"Tren keunggulan Jokowi bisa berubah kalau situasi ekonomi berubah. Kalau situasi terus memburuk, perubahan akan ditunjukkan," papar Djayadi.

Tren Elektabilitas Jokowi Tetap Tinggi, Peneliti SMRC: Tidak Ada Jaminan

Berdasarkan hasil survei, tren evaluasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung positif.

Sebanyak 41,8% dari jumlah pemilih menyatakan puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla terkait dengan kondisi ekonomi. Jumlah tersebut menilai kondisi ekonomi nasional saat ini lebih baik bahkan jauh lebih dibandingkan dengan tahun lalu.

Tingkat inflasi juga mempunyai andil cukup signifikan dalam memengaruhi persepsi masyarakat. Apabila tingkat inflasi kembali meningkat sepertihalnya yang terjadi sekitar November 2014, yakni 8,3%, Djayadi mengatakan hal tersebut akan menjadi kabar buruk bagi petahana.

"Inflasi meningkat, maka persepsi masyarakat menurun, inflasi menurun, maka persepsi masyarakat meningkat. Tugas petahana membuat angka inflasi rendah" tutur Djayadi.

Namun, tingkat optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional untuk setahun ke depan ternyata tidak memburuk, meskipun nilai rupiah sampai saat ini masih berada di Rp15.180 per US Dollar.

Tercatat dari hasil survei 58,2% pemilih menilai kondisi ekonomi nasional dalam satahun ke depan akan lebih baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper