Bisnis.com, JAKARTA – Bos Alibaba, Jack Ma, menegaskan tidak dapat memenuhi janji perusahaannya untuk menciptakan 1 juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) akibat tensi perdagangan Negeri Paman Sam dengan China.
Dua tahun lalu, Ma memang mengutarakan rencana raksasa e-commerce asal China tersebut untuk menciptakan satu juta pekerjaan di AS kepada Presiden AS Donald Trump.
Meski belum menjelaskan secara terperinci bagaimana akan menciptakan 1 juta pekerjaan itu, ia pernah mengatakan ingin mendorong usaha-usaha kecil di Amerika untuk berjualan dalam marketplace Alibaba, Tmall dan Taobao.
Namun, sepanjang tahun ini saja hubungan perdagangan antara dua negara besar tersebut memanas dengan retaliasi pengenaan tarif impor dari masing-masing negara.
Yang terkini, Trump mengumumkan akan memberlakukan tarif 10% terhadap impor China senilai US$200 miliar dan mengancam tarif lebih lanjut pada barang-barang tambahan China senilai US$267 miliar jika China melakukan balasan.
Pemerintah China menjawab langkah Trump itu dengan mengumumkan akan mengenakan tarif terhadap produk-produk asal AS senilai US$60 miliar seperti yang telah direncanakan.
“Komitmen [pekerjaan] ini didasarkan pada kerja sama China-AS yang ramah berikut premis perdagangan bilateral yang rasional dan obyektif,” kata Ma kepada Xinhua, seperti dikutip Reuters.
“Situasi saat ini telah menghancurkan premis awal. Tidak ada cara untuk mewujudkan janji itu,” lanjut konglomerat berusia 54 tahun tersebut.
Investor tampak tidak terpengaruh oleh pernyataan Ma tersebut. Saham Alibaba Group Holding bahkan mampu ditutup melonjak 3,82% pada perdagangan Rabu (19/9), setelah berakhir melemah 1,41% di level 156,65 pada Selasa (18/9).
Ma sebelumnya telah memperingatkan bahwa perang dagang antara AS dan China dapat berlangsung beberapa dekade dan bahwa China harus memfokuskan ekspor pada jalur perdagangan “Jalur Sutra”.
Komentar terbaru Ma menunjukkan dukungannya terhadap sikap pemerintah China tentang bagaimana pengenaan tarif akan memengaruhi bisnis dan inisiatif kebijakan luar negeri One Belt One Road Negeri Tirai Bambu.
Dia menambahkan bahwa tarif AS terhadap produk-produk China senilai miliaran dolar AS dapat mendorong Tiongkok untuk mengekspor ke tujuan lain.
“Kita harus lebih banyak bekerja di Afrika, Asia Tenggara, Eropa,” katanya.