Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bendung Flu Babi Afrika, Larangan Produk Babi dari China Diperluas

Larangan produk babi asal China dapat diperluas, sebagai bagian dari tindakan darurat untuk membendung penyebaran flu babi Afrika secara global.
Peternakan babi/Istimewa
Peternakan babi/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Larangan produk babi asal China dapat diperluas, sebagai bagian dari tindakan darurat untuk membendung penyebaran flu babi Afrika secara global.

Food and Agriculture Organization (FAO), badan pangan PBB yang menjadi ujung tombak upaya internasional untuk mengendalikan virus babi yang mematikan tersebut, berencana mengeluarkan rekomendasi bagi pemerintah negara-negara setelah menggelar pertemuan darurat di Bangkok pekan ini.

Pemerintah Filipina pekan lalu memerintahkan larangan sementara terhadap produk-produk babi maupun yang mengandung babi dari China, Rusia, dan empat negara Eropa demi mencegah wabah flu babi Afrika. Ada lebih banyak negara yang dapat mengikuti langkah ini, menurut FAO.

Meski tidak membahayakan manusia, penyakit yang diakibatkan penularan virus ini dapat 100% fatal bagi babi dan menyebabkan mereka mati karena penyakit hemoragik dalam beberapa hari.

Puluhan ribu babi telah dimusnahkan untuk mengendalikan menyebarnya wabah di China. Negeri ini diketahui berkontribusi atas lebih dari separuh jumlah babi di dunia.

FAO menjadi tuan rumah pertemuan sejumlah pejabat pemerintah dan industri daging babi dari seluruh kawasan Asia Pasifik dalam pertemuan selama tiga hari yang akan berakhir pada Jumat (8/9/2018).

“Pada Jumat ini, kami akan menghasilkan kerangka kerja untuk kawasan [Asia Pasifik] dengan rencana langkah prioritas untuk masing-masing negara,” ujar Wantanee Kalpravidh, manajer regional FAO Emergency Center untuk Penyakit Hewan Lintas Batas, dalam sebuah wawancara pada Rabu (5/9), seperti dikutip Bloomberg.

Kasus wabah flu babi Afrika terkini yang dialami China terjadi pada 1 September di kota kecil Changqing, timur laut provinsi Heilongjiang, sekitar 100 kilometer dari perbatasan dengan Rusia, di mana penyakit ini telah menyebar selama lebih dari satu dekade.

Sembilan kasus wabah lainnya telah dilaporkan di seluruh wilayah timur laut dan timur China, yang terbentang sekitar 2.500 kilometer, sejak 1 Agustus.

“Ada kekhawatiran serius bahwa flu babi Afrika telah beredar dalam populasi babi untuk beberapa waktu,” ujar Helen Roberts dan Jonathan Smith, dari Dinas Kesehatan Hewan dan Tanaman Inggris, dalam laporan tertanggal 31 Agustus.

Situasi ini, menurut mereka, harus digunakan sebagai peluang untuk memperingatkan wisatawan agar tidak membawa produk-produk daging babi dari luar Uni Eropa ke negara anggota UE mana pun.

Para wisatawan dari provinsi Shenan yang tiba di Korea Selatan secara sukarela menyerahkan produk babi yang mereka bawa. Produk itu kemudian diuji oleh pihak otoritas untuk melacak jejak virus tersebut, seperti dilaporkan Korea Times di situsnya bulan lalu.

Para peneliti meyakini virus itu mungkin telah masuk ke China melalui makanan terkontaminasi yang diumpankan ke babi dan karenanya dapat menyebar ke negara-negara lain dengan cara yang sama.

“Hal ini sangat serius karena pentingnya daging babi dalam pola makan dan budaya masyarakat, tidak hanya di China, tetapi di kawasan ini secara keseluruhan, apakah itu semenanjung Korea, Vietnam, atau negara-negara lain,” ujar Juan Lubroth, kepala kedokteran hewan di FAO. “Ini akan mempengaruhi perdagangan dan mempengaruhi harga pasar.”

Meski China adalah produsen utama untuk daging babi, mayoritas produksinya dikonsumsi di dalam negeri. Banyak negara, termasuk Australia, melarang produk-produk babi maupun yang mengandung babi dari China karena risiko penyakit menular pada ternak lainnya, yakni penyakit mulut dan kuku.

FAO lebih lanjut memperingatkan bahwa sebagian produk yang mengandung babi dapat dikirimkan secara internasional dan mungkin secara ilegal, dalam makanan yang dibawa melintasi perbatasan, sehingga memberi risiko untuk negara-negara lain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper