Bisnis.com, JAKARTA -- Kepolisian kembali memperpanjang masa Operasi Tinombala selama tiga bulan ke depan, mulai Juli hingga September 2018. Kini Operasi Tinombala melibatkan Kopassus dan Brimob Polri untuk menangkap 7 teroris tersisa kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan Kepolisian telah mengevaluasi sekaligus mendiskusikan Operasi Tinombala untuk menangkap 7 teroris tersisa kelompok Santoso. Dia menjelaskan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi tersebut, pimpinan Polri memutuskan melanjutkan kembali Operasi Tinombala dengan masa operasi 3 bulan ke depan.
"Sudah dievaluasi. Kami sudah perpanjang kembali masa Operasi Tinombala itu selama 3 bulan ke depan. Operasi ini gabungan dari TNI-Polri untuk meringkus teroris tersisa kelompok Santoso di Poso," tuturnya, Kamis (19/7/2018).
Dia menjelaskan kerja sama TNI-Polri bukan hanya pada Operasi Tinombala, melainkan semua operasi yang berkaitan dengan penanganan teroris seperti masuknya Kopassus pada Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Menurutnya, Kapolri Jenderal Pol Muhammad Tito Karnavian kini sudah menginstruksikan seluruh Kapolda untuk bekerja sama dengan TNI dalam menangani tindak pidana terorisme di Indonesia.
"Densus 88 memang nanti akan melibatkan TNI ya. Sekarang sedang digodok untuk pembagian tugas antara TNI-Polri seperti apa. Tidak masalah sekarang kami libatkan TNI kan sudah ada UU Nomor 5 Tahun 2018," katanya.
Kepolisian memperpanjang Operasi Tinombala mulai Juli hingga September 2018 untuk memburu 7 orang sisa teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok MIT diketuai Santoso yang tewas pada 2016.
Nama teroris yang tersisa itu adalah Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar, Qatar alias Farel, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, Abu Alim, dan Kholid.