Bisnis.com, JAKARTA – Temasek Group Holding Pte. tetap berencana untuk ekspansi ke AS di tengah-tengah meningkatnya tensi perang dagang dan ancaman prospek perlambatan ekonomi global.
John Vaske, Joint-Head of North America di Temasek, mengatakan perusahaan investasi milik Pemerintah Singapura tersebut akan berhati-hati dalam mencari jalan untuk memasuki pasar AS.
"Kami harus terbuka seperti pasar AS," ujarnya, mengacu kepada kondisi ekonomi Negeri Paman Sam beberapa tahun terakhir, seperti dilansir Bloomberg, Selasa (17/7/2018).
Sejauh ini, Temasek telah memiliki portofolio senilai 308 miliar dolar Singapura atau sekitar US$226 miliar, yang di dalamnya termasuk saham Temasek di perusahaan besar seperti Alibaba Group Holding Ltd.
Vaske menjelaskan AS belum mendapatkan bagian yang proporsional dari semua modal segar yang dikucurkan Temasek dalam 2-3 tahun terakhir. Dalam lima tahun terakhir, Temasek telah menyalurkan dana senilai US$95 miliar secara global, yang diberikan ke semua lini usaha mulai dari startup hingga pengelolaan aset.
Temasek juga telah mencetak 29 miliar dolar Singapura dalam bentuk investasi baru selama 12 bulan hingga Maret 2018, atau meningkat 81,25% dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun, dia menyatakan perusahaan belum menentukan target jumlah investasi yang akan diberikan secara spesifik ke AS. Berdasarkan tinjauan tahunan Temasek, investasi untuk Negeri Paman Sam mencatatkan pembagian yang paling besar dalam bentuk investasi baru pada tahun fiskal terakhir, di antaranya investasi Temasek untuk DowDuPont Inc. dan Boeing Co.
Aset Temasek di AS pun berkontribusi atas 13% dari portofolio perusahaan hingga akhir Maret 2018, atau naik 10% dalam dua tahun terakhir.
Selain itu, Temasek juga belum menentukan ukuran perusahaan yang mereka pertimbangkan untuk diberikan investasi. Sejauh ini, perusahaan investasi asal Singapura tersebut telah menjadi investor bagi Airbnb Inc. dan Verily milik Alphabet Inc.
"Kami akan mulai melihat perusahaan yang masih di tahap awal. Kami tidak terkendala dengan ukuran perusahaan [dalam jumlah dolar AS]," imbuh Vaske.
Lebih lanjut, dia memaparkan ketertarikan Temasek untuk lebih dalam lagi memasuki pasar AS adalah karena dunia telah dibanjiri oleh modal. Dengan demikian, persaingan pun semakin berat untuk melakukan transaksi dengan perusahaan milik keluarga, entitas pemerintah, maupun perusahaan ekuitas swasta di AS.
Untuk menghadapi pesaing-pesaingnya, Temasek berupaya menjadikan mereka sebagai mitra dalam transaksi yang diincar perusahaan.
Di AS, Temasek sudah mempunyai tiga perusahaan cabang dengan jumlah karyawan 40 orang. Perusahaan investasi itu pertama kali membuka kantornya di New York pada 2014, di San Fransisco pada 2017, dan di Washington pada 2018.
Vaske mengakui prospek pertumbuhan bisnis di AS yang semakin meningkat dibayangi oleh eskalasi dagang dengan China dan menimbulkan kekhawatiran. Meski tidak mengantisipasi terjadinya perang dagang secara keseluruhan, tapi Temasek tetap siaga terhadap risiko perang dagang yang dapat memicu perlambatan ekonomi.
Perusahaan yang dibentuk dari perputaran bisnis milik Pemerintah Singapura pada 1974 ini telah menginvestasikan dananya di enam sektor industri makro.