Kabar24.com, JAKARTA – Pemerintahan Trump menghalangi China Mobile Ltd. memasuki pasar telekomunikasi Amerika Serikat dengan alasan berisiko terhadap keamanan nasional. Hal itu menjadi serangan baru AS di dalam perselisihannya dengan China, sebelum mereka memberlakukan tarif dagang antar satu sama lain pada akhir pekan ini.
Departemen Perdagangan AS melalui cabangnya, Administrasi Telekomunikasi dan Informasi Nasional (National Telecommunications and Information Administration/NTIA), menyebutkan di dalam berkas filing yang dikeluarkan lewat surat elektronik pada Senin (2/7/2018), bahwa Komisi Komunikasi Federal harus menolak berkas ajuan dari China Mobile yang diserahkan pada 2011. Adapun China Mobile bermaksud membuka lalu lintas suara (international voice traffic) internasional dengan AS dan sejumlah negara lainnya.
“[Masuknya China Mobile] akan membawa risiko terhadap kemanan nasional dan penegakan hukum yang tidak dapat diterima,” tulis NTIA, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (3/7/2018).
Adapun serangan terbaru ini muncul beberapa hari sebelum AS dijadwalkan untuk memberlakukan tarif terhadap produk impor asal China senilai US$34 miliar pada Jumat (6/7/2018) karena China berjanji untuk memberikan tarif balasa.
Presiden AS Donald Trump juga telah mengancam akan menambah tarif untuk produk impor asal China senilai US$200 miliar yang akan segera diimplementasikan ketika China memberikan tarif balasannya.
Akibat pengumuman AS tersebut, saham China Mobile yang sempat naik 2% ketika pembukaan pasar di Hong Kong pada Selasa (2/7/2018) turun hingga ke level 1,4% dengan harga 68,70 dolar Hong Kong pada pukul 9.44 waktu setempat.
Sementara itu perwakilan perusahaan masih menolak memberikan komentar. Namun, pad awal tahun ketika ditanyai pendapat tentang halangan AS terhadap China Mobile yang ingin memasuki pasar AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pemerintah mendukung perusahaan China untuk tunduk dengan hukum dari pasar yang ingin mereka investasikan dan perusahaan harus dapat mengatur skala permainannya.
Adapun China Mobile merupakan operator ponsel yang memiliki pelanggan terbanyak di dunia, sebanyak 899 juta pelanggan. Di dalam berkas filing NTIA, mereka mengindikasikan AS tidak ingin menawarkan layanan ponsel itu di AS.
“Integrasi mendalam di pasar telekomunikasi global telah membentuk risiko dan kerentanan di dalam sektor yang sudah penuh dengan kegiatan berbahaya,” tulis NTIA.