Bisnis.com, JAKARTA - Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) jangan dipandang sebagai rutinitas kolosal semata sehingga kehilangan makna, demikian pernyataan Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama Muhammadiyah Amin selaku Ketua Umum Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Nasional.
Dia menyampaikan hal tersebut saat menghadiri acara pembukaan MTQ XXVII Tingkat Provinsi Kalimantan Barat. MTQ XXVIII berlangsung di GOR Opu Daeng Manambon di Mempawah, Kalbar.
“Pelaksanaan MTQ perlu dilihat lebih jauh sebagai pemberi warna kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai dan etika sosial yang bersumber dari Alquran. Hal ini perlu saya tegaskan agar MTQ tidak dipandang menjadi rutinitas kolosal yang kehilangan makna dan nilai subtstansinya,” ungkap Amin dalam keterangan resmi pada Senin (2/7/2018).
Dia menjelaskan sebenarnya ketika acara yang ada nilai-nilai Alquran dilakukan, itu tandanya sedang mengagungkan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kesalehan sosial, nilai-nilai yang mengutamakan pembelaan pada yang lemah, mengutamakan pembelaan pada yang fakir, mengutamakan pembelaan pada yang miskin, bukan nilai keserakahan seperti mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.
"Dalam dimensi yang lebih luas, warga muslim juga perlu melaksanakan dakwah untuk menjaga moral dan kemanusiaan di tengah arus pergeseran nilai, norma dan perilaku masyarakat. Nilai-nilai islami dan spirit qurani haruslah menjadi rujukan utama, baik di lingkungan keluarga, lingkungan sosial maupun dalam kehidupan bangsa dan negara yang lebih luas," lanjutnya.
Perhelatan MTQ tingkat Provinsi Kalbar XXVII digelar pada 1 - 7 Juli 2018. Pembukaan dihadiri ribuan warga Mempawah dan sekitarnya.
Sebanyak 70 dewan hakim dan delapan orang pengawas telah dilantik pada gelaran yang diikuti lebih dari 800 peserta se-Kalimantan Barat itu. Acara itu bertema “Mewujudkan Kedamaian dan Harmonisasi Masyarakat Kalimantan Barat”.