Bisnis.com, MALANG — Inflasi pada Juni 2018 diprediksi rendah karena adanya perilaku masyarakat yang masif memesan moda transportasi untuk mudik-balik Lebaran, terutama pembelian tiket, secara online.
Ekonom dari Universitas Brawijaya Malang Dias Satria mengatakan mudik kali ini punya prestasi, khususnya dalam menjaga stabilitàs harga sehingga kecil sekali berpotensi menjadi inflasi.
“Mudik mulai terdistribusi di seluruh moda transportasi sehingga ada tren yang baik dalam penggunaan sarana transportasi publik,” katanya dihubungi dari Malang, Senin (18/6/2018).
Hal ini terbantu karena penggunaan internet. Dengan era internet of things (IoT) yang memudahkan dan mengubah cara orang bertransaksi. Khususnya dalam memesan moda transportasi, akomodasi dan lainnya.
Dengan begitu, era IoTakan mendistribusikan hasil-hasil ekonomi dengan lebih merata dan lebih baik karena asymetric information akan semakin kecil.
Inflasi harga transportasi misalnya ada di batas wajar karena supply and demand.
“Bisa dibayangkan kalau calo masih mendominasi?”
Calo inilah sebenarnya yg menjadi trigger inflasi yang melebihi kewajaran sehingga teknologi informasi berhasil meminimalisasi inflasi.
Terkait dengan bahan kebutuhan pokok yang biasanya menyumbang inflasi pada Ramadan-Lebaran, dia melihat, dengan tata niaga yang relatif baiok maka bahan pokok relatif stabil. Juga dari sisi pasokannya.
“Tidak ada gejolak kekurangan supply bahan makanan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi Ahmad Johansyah memproyeksikan deflasi pada Juni 2018, meski dibayang-bayangi kenaikan komoditas bersamaan dengan Ramadan-Lebaran.
Menurut dia, melihat tren inflasi pada Mei 2018 yang mencapai 0,17% dan kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi dan daerah IHK serta peran Satgas Pangan yang efektif dalam mengecek stok bahan makanan.maka diproyeksikan pada Juni Jatim mengalami deflasi.
“Ramadan-Lebaran memang biasanya terjadi peningkatan konsumsi pada komoditas, terutama pangan dan jasa, namun tidak akan mengerek inflasi,” katanya.
Hal itu terjadi karena TPID berhasil mengajak stakeholder maupun distributor barang agar menjaga pasokan sehingga harganya tidak terkerek. Di sisi lain, pasokan produk pangan juga tidak ada kendala sehingga menyebabkan harga yang naik.
Begitu juga dengan Lebaran, dengan kelancaran arus barang, maka harga-harga bahan kebutuhan pokok diproyeksikan bisa tetap stabilitas meski ada kenaikan permintaan.
“Karena itulah, saya proyeksikan pada Juni di Jatim justru mengalami deflasi. Jika pun terjadi inflasi, maka angkanya sangat kecil,” ucapnya.