Kabar24.com, MEDAN — Para negosiator Uni Eropa pada Kamis (14/6/2018) sepakat meningkatkan porsi energi terbarukan dalam produksi energi blok tersebut menjadi 32% pada 2030.
Target ini lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada dalam rancangan peraturan. Namun, lebih rendah dari yang diinginkan oleh sejumlah pemerintah dan Parlemen Eropa.
Hukum Uni Eropa akhirnya menyerukan penghentian bertahap penggunaan minyak sawit yang merupakan komoditas impor utama dari Asia tenggara pada 2030 dan menghilangkan sejumlah batasan bagi para penghasil energi terbarukan kecil.
Upaya ini dilakukan untuk membantu Uni Eropa memenuhi tujuannya mengurangi emisi gas rumah kaca setidaknya sebesar 40% di bawah level yang tercatat pada 1990 di 2030 nanti, seiring dengan Perjanjian Paris untk menjaga agar pemanasan klobal jauh di bawah 2 derajat.
“Kesepakatan ini merupakan kemenangan yang sangat sulit diraih dalam usaha kita untuk membuka potensi transisi energi bersih Eropa sesungguhnya,” cuit Komisioner Iklim Uni Eropa Miguel Arias Canete di Twitter seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/6/2018).
Awalnya, para eksekutif Uni Eropa memasang target 27%. Namun, dalam pertemuan menteri energi pada Senin, sekelompok pemimpin Uni Eropa mendorong agar angka tersebut ditingkatkan.
Adapun kesepakatan pada Kamis (14/6/2018) menyetujui revisi untuk meningkatkan ambang target Uni Eropa.
Hingga 2020, Uni Eropa menargetkan 20% porsi energi terbarukan dan para ahli menunjukkan penurunan biaya yang tajam untuk menghasilkan energi terbarukan akan memungkinkan tercapainya target lebih tinggi tanpa meningkatkan alokasi dana.
“Target mengikat pada 2030 sebesar 32% harus dlihat sebagai garis awal untuk mencapai ambisi yang lebih besar,” kata Direktur Kampanye Grup Climate Action Network Europe, Wendel Trio.