Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai respons Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau sehubungan dengan pemberlakuan tarif impor baja dan aluminium sebagai hal yang berlebihan (overreacting).
Pada Kamis (31/5/2018), pemerintah AS menyatakan akan mengenakan tarif sebesar 25% untuk impor baja dan tarif impor 10% untuk aluminium yang berasal dari dari Kanada, Uni Eropa, dan Meksiko.
Trudeau serta-merta merespons pemberlakuan tarif itu sebagai bentuk penghinaan terhadap kemitraan keamanan yang telah berlangsung lama antara Kanada dan AS. Kanada pun mengumumkan aksi balasan.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada hari Minggu (3/6/2018) oleh NBC, Trudeau mengatakan klaim AS bahwa baja dan aluminium Kanada menimbulkan ancaman keamanan nasional adalah sesuatu yang menghina.
Kanada disebutnya akan mengajukan pengaduan terhadap praktik perdagangan yang tidak adil tersebut. Pemerintah Kanada sebelumnya telah menyatakan akan memberlakukan tarif pembalasan atas ekspor AS, dan menantang tarif AS di bawah NAFTA dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow balas menanggapi respons Trudeau tersebut dalam program “Fox News Sunday”.
“Saya rasa dia [Trudeau] bereaksi berlebihan,” ujar Kudlow, seperti dikutip Reuters.
Kudlow menyatakan friksi perdagangan antara AS dan Kanada merupakan perselisihan keluarga. Pengenaan tarif baja dan aluminium terhadap sejumlah aliansi AS disebutnya mungkin berlangsung untuk sementara waktu atau tidak, karena masalah ini dapat dinegosiasikan.
Kudlow mengatakan Trump justru merespons pelanggaran perdagangan selama beberapa dekade dengan tarif tersebut. Namun begitu, ia menekankan pernyataan Gedung Putih bahwa AS masih akan menyambut negosiasi dengan itikad baik.
“Dan itulah mengapa saya menganggap ini lebih sebagai perselisihan keluarga. Ini adalah perselisihan perdagangan, jika Anda mau. Ini bisa diselesaikan jika semua pihak bekerja sama,” kata Kudlow.
“Menyebutnya [tarif] sebagai sebuah bentuk serangan terhadap Kanada adalah tidak benar,” tegas Kudlow.