Bisnis.com, JAKARTA - Sembilan warga sipil tewas dalam operasi malam oleh pasukan keamanan Afghanistan di Provinsi Nangarhar pada Senin malam (28/5) waktu setempat.
Insiden ini menggarisbawahi risiko harian yang dihadapi warga sipil Afghanistan karena pertempuran semakin garang sejak Taliban melancarkan serangan musim semi tahunannya bulan lalu.
"Korban yang tewas tersebut termasuk kerabat dari pembicara Senat, Fazl Hadi Muslimyar," ungkap perwakilan dari Kantor Gubernur Provinsi Nangarhar seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (29/5/2018).
Selain sembilan orang tewas, delapan orang lainnya dikatakan terluka dalam operasi di distrik Chapahar, di luar ibukota Provinsi Jalalabad.
Adapun penduduk setempat mengatakan yang tewas ada 12 orang dan 28 orang lainnya terluka.
Angka-angka terbaru dari United Nations Assistance Mission di Afghanistan menunjukkan 763 warga sipil tewas dan 1.495 terluka dalam tiga bulan pertama tahun ini, pada tingkat yang sama dengan periode yang sama dari dua tahun sebelumnya.
Kekerasan telah menyebar di seluruh Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir dengan pertempuran sengit di provinsi Badakhshan, Baghlan dan Faryab di bagian utara ke Farah di barat, di mana Taliban mengancam akan menyerbu ibukota Provinsi Ghazni.
Pada Selasa (29/5), pemerintah setempat mengatakan sebuah pusat distrik di provinsi Uruzgan, rute transit utama dari daerah penghasil obat di Helmand dan Kandahar, berada di bawah ancaman serius.
"Pasukan keamanan di distrik Chora yang berada di tengah-tengah provinsi telah meninggalkan markas gubernur dan markas polisi, tetapi pertempuran berlanjut," kata Hayatullah Fazli, seorang anggota dewan provinsi.
Kantor gubernur provinsi mengkonfirmasikan pertempuran, tetapi membantah laporan distrik itu--yang telah mengalami pertempuran sengit dalam beberapa hari terakhir--telah jatuh.
Gerilyawan juga telah menghilangkan video tentara Afghanistan yang ditangkap di distrik itu dan mendesak yang lain untuk tidak memerangi Taliban.