Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amerika Ancam Jatuhkan Sanksi Terberat, Presiden Iran Tantang Balik

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Mike Pompeo menyatakan pihaknya akan menjatuhkan sanksi terberat dalam sejarah negara itu terhadap Iran selain mengancam perusahaan-perusahaan Eropa yang menjalin hubungan bisnis dengan negara tersebut.
Presiden Iran Hassan Rouhani/Antara
Presiden Iran Hassan Rouhani/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Mike Pompeo menyatakan pihaknya akan menjatuhkan sanksi terberat dalam sejarah negara itu terhadap Iran selain mengancam perusahaan-perusahaan Eropa yang menjalin hubungan bisnis dengan negara tersebut.

Pernyataan tersebut kian menegaskan sikap AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir yang telah disepakati sebelumnya bersama negara industri maju.

Menlu yang merupakan mantan Direktur CIA itu menyebutkan Iran sebagai sponsor teror dunia.

"Kami akan menerapkan tekanan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada rezim Iran. Para pemimpin di Taheran tidak boleh ragu tentang keseriusan kami," kata Pompeo dalam sebuah pidato di depan lembaga konservatif Heritage Foundation.

"Sanksi ini akan menyakitkan jika rezim tidak mengubah jalurnya dari jalur yang tidak dapat diterima dan tidak produktif,” ujarnya sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (22/5/2018).

Sementara itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani menantang ancaman tersebut dan mengatakan bahwa seluruh dunia tidak lagi menerima keputusan Washington atas nama mereka.

"Apa hak Anda memutuskan nasib Iran dan dunia?," ujar Rouhani dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Iran.

Menurutnya, dunia saat ini tidak menerima bahwa Amerika Serikat berhak membuat keputusan dunia karena masing-masing negara memiliki emerdakaan,” ujarnya menmabhkan.

Pompeo mengatakan jika Iran patuh, termasuk mengakhiri program rudal balistik dan intervensi dalam konflik regional dari Yaman hingga ke Suriah, Amerika Serikat akan mencabut sanksi baru.

Presiden Donald Trump mengatakan kesepakatan asli tahun 2015 dengan Iran, yang juga ditandatangani oleh Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia, tidak bisa berjalan namun sekarang negara-negara Eropa mendukung strategi garis kerasnya.

Kesepakatan itu dirancang untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Sedangkan komunitas internasional, termasuk pejabat tinggi AS, mengakui Taheran telah mematuhi kesepakatan itu meski Trump membenci kesepakatan tersebut.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper