Kabar24.com, JAKARTA — Posisi Joko Widodo yang menempati peringkat tertinggi dalam jejak pendapat oleh lembaga survei dinilai belum aman menuju Pemilihan Presiden 2019.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Djamil mengatakan bahwa beberapa faktor dapat mengubah peta dukungan yang berdasarkan hasil-hasil survei sejauh ini masih dimenangi oleh Jokowi.
"Tingkat kemantapan pemilihan calon Presiden masih fifty-fifty, artinya orang yang masih mungkin berubah atau orang yang tidak mau menjawab sama jumlahnya dengan orang yang mantap," papar Nasir dalam acara Rilis Survei Nasional: Konstelasi Elektoral Pilpres & Pileg 2019 Pasca Deklarasi Prabowo Subianto di Jakarta, Senin (21/5/2018).
Adapun, berdasarkan hasil survei Charta Politika, pemilih yang sudah mantap memilih Jokowi sebagai calon Presiden berjumlah 56,7%. Sementara, 30,9% dinyatakan masih belum mantap.
Di sisi lain, calon kandidat dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, memiliki pemilih yang mantap akan mendukung sebanyak 48,5%. Namun, jumlah pemilih yang dinyatakan tidak mantap memilih Prabowo jumlahnya juga tidak sedikit, yakni 43,2%.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan terdapat tendensi kenaikan elektabilitas Prabowo Subianto setelah Ketua Umum Partai Gerindra tersebut menyampaikan deklarasi.
Baca Juga
"Ada tendensi kenaikan dari Prabowo Subianto dari hasil deklarasi," ujarnya
Selain mencermati peluang bakal calon Presiden ada Pemilu 2019, Nasir Djamil juga memberi penilaian terhadap proses demokrasi yang berlangsung menjelang Pemilu 2019 berdasarkan hasil survei Charta Politika.
"Dari hasil survei ini, ada kesuraman demokrasi di Indonesia. Coba bayangkan, ketidaktahuan masyarakat terhadap Pemilihan Presiden 2019 masih besar, 41,5%," ujar Nasir.