Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pariwisata Arief Yahya belum bisa memastikan dampak kejadian penyerangan yang terjadi di Jakarta dan Surabaya bakal mempengaruhi upaya dalam mencapai target wisatawan mancanegara sebanyak 17 juta pada tahun ini.
Arief mengatakan hingga saat ini dirinya belum mendapatkan informasi terkait pembatalan penerbangan akibat kejadian tersebut.
"Kemenpar [Kementerian Pariwisata] melakukan monitoring terus. Bersyukurnya belum ada pembatalan, terutama di Bali yang jadi barometer," katanya di Istana Negara, Rabu (16/5/2018).
Sejauh ini, sudah sekitar 14 negara tercatat sudah mengeluarkan travel advice antara lain Inggris, Amerika Serikat, Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Singapura, Kanada, Swiss, Malaysia, Polandia, Irlandia, Prancis, Brasil, dan Filipina.
"Karena levelnya travel advice itu memang kewajiban negara mengingatkan warga. Belum melarang. Kalau sudah travel warning itu mulai. Ini baru level satu," tambahnya.
Berkaca dari kejadian erupsi Gunung Agung di Bali pada tahun lalu, dia menyebutkan beberapa negara sudah mengeluarkan travel warning sehingga berdampak signifikan terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali.
Berdasarkan pemantauan Kemenpar, kunjungan wisman ke Bali pada tahun ini baru menunjukkan pemulihan pada Maret lalu. Jika dirinci, kunjungan wisman ke Bali pada Januari 2018 sebanyak 350.00, lalu beranjak naik 450.000 orang per Februari 2018, dan Maret 2018 mencapai 485.000.
“Bali setiap bulan 500 .000 wisatawan. Januari masih 350.000 yang artinya recovery baru 70%. Februari baru 450.000 [905], Maret 485.000 atau hampir 100%. Jadi itu akibatnya relatif besar. Jadi Bali [hilang] 1 juta wisman,” tukasnya.