Kabar24.com, SEMARANG - Ketua DPW PKB Jawa Tengah Yusuf Chudlori mengatakan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziyah membutuhkan sosialisasi yang masif di Pilgub Jateng. Karena itu mereka membutuhkan dana kampanye yang melibatkan masyarakat melalui saweranjateng.id.
"Anggaran partai sebatas untuk konsumsi, konsolidasi, dan sosialisasi. Partai jalan, namun itu tidak maksimal. Kalau inkumben sudah lebih terkenal, sementara Sudirman-Ida masih tahapan pengenalan," kata Yusuf di Semarang, Minggu (8/4/2018).
Yusuf menambahkan ‘saweran’ juga merupakan bentuk keterlibatan masyarakat untuk mencari figur yang baik. Sebagai pendatang baru, pasangan Sudirman-Ida memerlukan sosialisasi yang lebih gencar.
"Di sisi lain, ada kesalahan teknis di Komisi Pemilihan Umum Jateng yang masih belum menyelenggarakan alat peraga kampanye (APK) karena belum selesai lelang," kata Yusuf.
Sementara itu, Ketua Partai Gerindra Jawa Tengah Abdul Wachid membantah partainya tak menyokong dana kampanye Sudirman Said-Ida Fauziyah.
Dia mengatakan, bantuan partai mengucur kepada pasangan nomor urut 2 Pilgub Jateng tersebut melalui urunan yang diberikan oleh anggota legislatif di semua tingkatan, baik DPRD kabupaten/kota, DPRD Provinsi, hingga DPR RI dengan daerah pemilihan (dapil) Jateng.
Baca Juga
"Ini tidak minta duit rakyat, namun bentuk kepedulian sosial. Bisa dikatakan bantuan, bukan kami minta maksa, dan itu dibolehkan dalam Pilpres itu juga saweran dibolehkan," ujar Wachid.
Menurut Wachid, kondisi demikian tak jauh berbeda dengan adanya penyokong dana utama, namun memiliki kendali lebih besar untuk kepentingan tertentu. Jika bantuan datang dari masyarakat, kata dia, maka kepemimpinan yang akan terjadi tidak akan bisa dikendalikan oleh beberapa orang saja.
Soal kebutuhan biaya kampanye pasangan yang diusung Gerindra dan PKB tersebut, Wachid menjelaskan perkiraan kebutuhan biaya akomodasi untuk 65 ribu saksi di 63.974 tempat pemungutan suara (TPS). Biaya saksi memerlukan kerja dua hari dengan estimasi per orang mencapai Rp 500 ribu.
"Coba bayangkan, satu saksi kami bikin pelatihan, kami kasih makan, dalam pelaksanaan juga kerja minimal dua hari untuk pendataan, ada makan dan minum. Kalau hitungan perorang Rp500 ribu, dua orang Rp 1 juta. Kan kalau 65 ribu saksi bisa miliyaran. Itu kan besar. Belum lagi biaya untuk bergerak kampanye," ucap Wachid.