Bisnis.com, BEIJING - Di tengah perselisihan perdagangan yang memburuk dengan Amerika Serikat, China yang ingin membagi peluang pengembangan dengan negara lain menyatakan proteksionisme hanya akan menutup pintu ke negara tersebut, kata diplomat tinggi China.
Gerakan Presiden AS Donald Trump pada minggu lalu untuk menarik tarif pajak hingga Rp828 triliun pada beberapa produk impor China memicu peringatan dari Beijing yang akan membalas tindakan serupa hingga bernilai Rp41,4 triliun impor AS.
Berbicara di sebuah forum regional di Hanoi, ibukota Vietnam, pada Jumat (30/3/2018), Penasihat Negara China Wang Yi mengatakan reformasi negara dan kebijakan terbuka tidak akan diubah atau dipengaruhi oleh faktor eksternal, Kementerian Luar Negeri China mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (31/3/2018).
"Reformasi dan keterbukaan China sejalan dengan kepentingan rakyat China, dan juga akan menguntungkan negara lain," kata pernyataan itu mengutip Wang, serta menambahkan China akan menyediakan lingkungan investasi yang lebih baik bagi perusahaan asing.
"Pembukaan harus bekerja secara dua arah. China membuka diri ke negara lain dan berharap negara lain akan terbuka ke China," katanya tanpa menyebutkan nama negara.
Gesekan dan perselisihan dalam perdagangan merupakan hal normal, yang terpenting adalah bekerja untuk solusi yang masuk akal melalui konsultasi yang setara sesuai dengan hukum dan aturan, ujar Wang menambahkan.
Baca Juga
"Setiap tindakan sepihak atau proteksionis adalah pendekatan yang berlawanan dengan tren sejarah, yang tidak akan membuatnya berkembang dan mereka akan sadar bahwa sebetulnya kepentingan mereka sendiri lah yang dikorbankan," katanya.
"Proteksionisme sama dengan menutup pintu ke China, dan mereka akan menderita konsekuensi dari tindakan mereka. Baik waktu dan fakta yang akan membuktikannya," China telah berulang kali berjanji untuk membuka ekonominya lebih lanjut, tetapi banyak perusahaan asing terus mengeluhkan perlakuan tidak adil.
China memperingatkan AS pada hari Kamis untuk tidak membuka masalah dan memicu kebingungan praktik proteksionis di seluruh dunia, bahkan saat Beijing menunjuk barang AS yang dapat ditargetkan dalam perselisihan perdagangan Sino-AS.