Kabar24.com, JAKARTA - Petugas lembaga pemasyarakatan Indonesia meraih medali terbanyak dalam kejuaraan The Asean Prisons Track and Fieldd Championship (APTFC) yang diselenggarakan pada12-16 Maret 2018 di Tinsulanonda Sport Center and Southern Hills Golf & Country Club, Provinsi Songkhla, Thailand.
APTFC sendiri merupakan kejuaraan atletik bagi petugas lembaga pemasyarakatan antarnegara se-Asia Tenggara. Indonesia diwakili puluhan petugas pemasyarakatan dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan HAM.
“Indonesia berhasil meraih sebanyak 25 emas, 7 perak dan 6 perunggu,” ujar Kepala Sub Bagian Humas Ditjen PAS Apriantika dalam keterangan tertulis, Selasa (20/3/2018).
Sebagai gambaran, dalam kejuaraan APTFC, pemenang tidak ditentukan berdasarkan perolehan medali terbanyak melainkan poin dalam setiap kategori yang diikuti oleh pesertanya.
Di samping pencapaian medali tersebut, salah satu petugas pemasyarakatan yang bekerja sebagai penjaga tahanan di Lapas Klas IIA Pangkal Pinang, Edi Ariansyah, meraih penghargaan sebagai atlet terbaik.
Penghargaan tersebut merupakan penghargaan sebagai atlet terbaik yang kedua bagi Edi. Sebelumnya, Edi juga meraih penghargaan yang sama pada 2010 saat kejuaraan digelar di Singapura.
Baca Juga
“Kali ini, suami dari Putri Riski Pramadita tersebut berhasil meraih 6 medali emas pada cabang sprinter 100 meter, 200 meter, 400 meter, 400 meter Hurdles, 4 x 400 meter Relay (tim), Men Long Jump (lompat jauh), dan satu medali perak pada cabang 4 x 100 meter Relay (tim),” ujar Apriantika.
Sebelum menjadi atlet lari, Edi merupakan atlet lompat jauh sejak SMP. Pada saat SMA, Edi mulai tertarik untuk menekuni cabang olahraga lari dan rutin berlatih.
“Tahun ini merupakan kali keempat saya mengikuti ajang APTFC. Keikutsertaan dalam ajang ini berawal sejak menjadi CPNS formasi penjaga tahanan pada tahun 2010 silam,” ujar Edi.
Edi merupakan atlet yang pernah meraih medali perunggu pada Sea Games 2013..
“Perjalanan untuk mengikuti APTFC pada tahun ini tidak mudah. Para atlet harus mengikuti training camp selama tiga minggu. Jumlah kontingen yang hanya berjumlah 14 orang atlet juga menjadi tantangan tersendiri. Meskipun para atlet berasal dari berbagai daerah dan baru bertemu dua hari sebelum keberangkatan,” tutur Edi.