Bisnis.com, JAKARTA -- Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein menuding sejumlah partai politik peserta pemilu 2019 telah mengirimkan kadernya ke China untuk belajar idelogi komunis tentang politik dan pengkaderan untuk diterapkan di Indonesia.
Dia menjelaskan beberapa partai peserta pemilu 2019 yang dituding telah mengirimkan kadernya ke China untuk mempelajari ideologi itu adalah Partai NasDem, Partai Golkar, dan PDI-Perjuangan. Menurutnya, ketiga partai tersebut juga dinilai dekat dengan komunisme.
"Itu sudah jelas toh, bahkan dari PDI-P ada yang mengaku anak PKI dia juga nulis soal Aku Bangga Jadi Anak PKI. Ada beberapa partai seperti Partai Golkar, Partai Nasdem. Masa belajar pengkaderan dari negara komunis, harusnya belajar dari Indonesia dong," tuturnya, Sabtu (10/3/2018).
Dia menilai PDI-P sangat dekat dengan komunisme karena ada beberapa kader yang mengakui keturunan PKI di masa lalu, bahkan hingga membuat sebuah buku. Kendati demikian, dia tidak menjelaskan lebih jauh mengenai dampak pengkaderan yang dilakukan sejumlah partai politik tersebut ke China terhadap Pilpres 2019 nanti.
"Kalau dampak saya tidak tahu, saya tidak bicara begini untuk kepentingan partai politik manapun. Saya hanya menyarankan sebaiknya PDI-P yang punya ideologi pancasila itu menarik kader-kadernya yang belajar soal pengkaderan dan politik hingga ke China," katanya.
Sementara itu, anggota DPR dari Fraksi PDI-Perjuangan Evita Nursanty membantah ada kader PDI-Perjuangan yang dikirimkan ke China untuk belajar politik dan pengkaderan agar bisa diterapkan di Indonesia.
Baca Juga
Evita Nursanty: Maunya Apa Sih?
Menurut Evita, jika berbicara mengenai kunjungan partai politik ke negara lain untuk menjalin hubungan politik dengan sejumlah partai di luar negeri, maka hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh PDI-P, Partai NasDem dan Golkar, tapi juga Partai Demokrat dan PKS ikut serta melakukan kunjungan.
"Kalau yang dimaksud adalah kunjungan ke China, kenapa PKS dan Partai Demokrat tidak disebutkan juga. Jika bicara kunjungan partai menjalin hubungan dengan parpol di luar negeri seperti Jepang dan AS, apa yang salah disitu? DPR sendiri ketika ada delegasi partai dari luar, kita juga kan menemui mereka," ujarnya.
Dia mengatakan penyataan Kivlan Zein tersebut dinilai sarat muatan politis dan memiliki tujuan tertentu, mengingat tahun ini hingga tahun depan merupakan tahun politik. Dia mendesak agar ke depan Kivlan Zein tidak lagi menggunakan cara menuduh partai politik berkaitan dengan ideologi komunis untuk kepentingan pribadinya.
"Lagian ini orang maunya apa sih, selalu main tuduh dan sasarannya kita terus. Publik bisa melihat apa yang dikatakan Kivlan Zein itu tentu punya tujuan politik. Publik sudah bosan dengan cara-cara seperti itu," tuturnya.